Berandasehat.id – Mungkin belum banyak yang mengetahui bahwa lebih dari 40% penderita gangguan tiroid mengalami komplikasi pada mata, kerap disebut penyakit mata tiroid. Proptosis alias eksoftalmus merupakan salah satu kondisi mata tiroid yang kerap dijumpai di tengah masyarakat, ditandai dengan mata yang cenderung menonjol dari lubang mata. Umumnya, penonjolan sepanjang 2 mm atau lebih dianggap abnormal.
“Pada penyakit mata tiroid, satu atau kedua bola mata penderitanya menonjol ke depan akibat pembengkakan pada otot atau jaringan lunak sekitar bola mata,” ujar Dr. Alia Arianti, SpM, Dokter Spesialis Mata Neuro-Oftalmologi JEC dan Ketua Layanan JEC Thyroid Eye Center dalam temu media virtual, Selasa (7/2/2023).
Perlu diketahui, pengidap gangguan tiroid mencapai jutaan orang di seluruh dunia. Di Eropa, prevalensinya berkisar 0‒8%, sementara di Amerika Serikat antara 1‒3%, dan di Asia Tenggara mencapai lebih dari 25%. Saat ini diperkirakan sekitar 27% dari keseluruhan pasien kelainan tiroid di dunia berada di Asia Tenggara, termasuk Indonesia. Diprediksi, Indonesia merupakan negara dengan penderita gangguan tiroid terbanyak di Asia Tenggara (kisaran 17 juta jiwa – atau 6,5% dari jumlah total secara global).
Gangguan tiroid pun menempati posisi kedua sebagai penyakit metabolik terbanyak setelah diabetes melitus di Indonesia. “Di JEC, sepanjang 2022 telah menangani 96 kasus mata tiroid,” imbuh Alia.
Dia mengatakan, gejala mata tiroid kerap disepelekan karena dianggap umum, di antaranya mata melotot, kemerahan di bagian putih mata, mata kering dan mata berair. “Padahal, jika penanganan tidak tepat, penderita mata tiroid juga terancam fungsi penglihatannya yaitu pandangan ganda, penurunan ketajaman penglihatannya, hingga terjadi kebutaan,” tutur Alia.
Dokter spesialis mata JEC itu lebih lanjut menguraikan, mata tiroid tak bisa dilepaskan dari gangguan tiroid; yaitu kondisi ketidaknormalan pada kelenjar tiroid – yang terletak di leher bagian depan bawah – berupa perubahan bentuk kelenjar maupun perubahan fungsinya. Kelenjar tiroid memiliki fungsi memproduksi hormon tiroid, bila berlebihan disebut hipertiroid dan bila tidak mencukupi disebut hipotiroid.
Telah diketahui bahwa hormon tiroid sangat dibutuhkan untuk memastikan jaringan dan organ tubuh bekerja dengan baik, mengatur tubuh dalam menggunakan energi, menjaga tubuh tetap hangat, serta menjaga otak, jantung, otot dan organ lain bekerja sebagaimana mestinya. “Kelainan pada kelenjar tiroid, termasuk yang bersifat hormonal, bisa menyebabkan metabolisme tubuh terganggu, termasuk dalam hal ini memicu mata tiroid,” terang Alia.

Ilustrasi mata tiroid (dok. ist)
Kalangan yang memiliki faktor risiko mata tiroid lebih tinggi, antara lain: perempuan, perokok, usia lanjut, kontrol hormon tiroid yang buruk, pasca tindakan radioactive iodine, komorbiditas seperti diabetes melitus, pemicu stres, serta durasi hipertiroid yang lama.
Ditambahkan Dr. Referano Agustiawan, SpM(K), Direktur Utama RS Mata JEC @ Menteng. penanganan mata tiroid mesti dilakukan secara menyeluruh karena kaitan eratnya dengan penyakit tiroid yang berdampak pada metabolisme tubuh. “Artinya, penanganan terhadap pasien mata tiroid harus terintegrasi dengan disiplin medis lainnya,” ujarnya.
Referano mengungkap, sebagai yang pertama di Indonesia, JEC Thyroid Eye Center menawarkan layanan terpadu mata tiroid guna membantu pasien mendapatkan kesembuhan optimal. “JEC Thyroid Eye Center memiliki gabungan tim dokter antara dokter spesialis penyakit dalam konsultan endokrinologi untuk penanganan kelainan tiroid yang berpadu dengan dokter spesialis mata dalam terapi kelainan mata tiroid dengan didukung oleh fasilitas teknologi yang terkini seperti laboratorium, skrining, USG, serta berbagai fasilitas diagnostik lengkap mata lainnya sehingga terapi dapat secara komprehensif dilakukan untuk membantu pasien,” bebernya.
Hadir perdana di RS Mata JEC @ Menteng, JEC Thyroid Eye Center diperkuat gabungan tim dokter spesialis penyakit dalam konsultan endokrinologi dengan tim dokter spesialis mata yang bekerja sama secara komprehensif menangani kelainan hormon tiroid dan gangguan mata tiroid.
Dari sisi sumber daya manusia, JEC Thyroid Eye Center diperkuat 11 dokter spesialis mata dan dua dokter konsultan endokrinologi penyakit dalam. Sementara, dari segi teknologi, layanan terbaru JEC ini melibatkan fasilitas pendukung, mencakup laboratorium, skrining, USG, serta pemeriksaan diagnostik mata lengkap seperti pemeriksaan luas lapang pandang, OCT, foto fundus, serta pemeriksaan penunjang lainnya.
Referano menegaskan, manifestasi gangguan tiroid bisa terlihat melalui organ mata – dengan kisaran 40 persen. “Karenanya, ‘pemeriksaan rutin’ semakin krusial untuk membantu penanganan mata tiroid sesegera mungkin. Apabila kondisi penyakit tiroid dan mata tiroid terdiagnosis lebih awal, sangat mungkin perkembangannya diperlambat sebelum memberi dampak yang memburuk, termasuk turunnya ketajaman penglihatan sampai kebutaan,” pungkasnya. (BS)