Berandasehat.id – Ada kabar terbaru soal pembatasan garam, khususnya bagi orang dengan masalah jantung. Studi terkini menyebut, bagi orang dengan gagal jantung membatasi asupan natrium/garam ke tingkat di bawah standar yang direkomendasikan maksimal sekitar 2,3 gram per hari tidak membawa manfaat tambahan dan dapat meningkatkan risiko kematian. Hal itu disimpulkan dari sembilan uji coba terkontrol secara acak dalam meta analisis baru, yang dipresentasikan pada American College of Cardiology’s Annual Scientific Session Together With the World Congress of Cardiology.
Gagal jantung, yang terjadi manakala otot jantung menjadi terlalu lemah atau kaku untuk memompa darah secara efektif, adalah kondisi kronis yang mempengaruhi lebih dari 6 juta orang dewasa di Amerika saja.
Dokter merekomendasikan diet rendah garam untuk mengurangi tekanan darah dan menghindari gejala umum seperti penumpukan cairan dan pembengkakan. Namun, penelitian sebelumnya telah melaporkan hasil yang beragam mengenai asupan garam harian maksimum yang optimal untuk orang dengan gagal jantung.
“Temuan kami menunjukkan bahwa membatasi diet natrium (garam) hingga kurang dari rekomendasi biasa adalah kontraproduktif dalam pengelolaan gagal jantung,” kata Anirudh Palicherla, MD, residen penyakit dalam di Fakultas Kedokteran Universitas Creighton di Omaha, Nebraska, dan penulis utama studi tersebut. “Ini sejalan dengan uji coba terkontrol acak baru-baru ini yang menunjukkan bahwa membatasi natrium lebih dari apa yang kita lakukan sekarang tidak selalu memberikan hasil yang lebih baik.”
Pedoman Diet untuk orang Amerika merekomendasikan agar kebanyakan orang dewasa membatasi asupan garam makanan hingga 2,3 gram per hari atau kurang, setara dengan sekitar satu sendok teh garam meja. Rata-rata orang Amerika mengonsumsi lebih dari 3,4 gram garam per hari.
Dalam studi tersebut, para peneliti menganalisis sembilan uji coba terkontrol secara acak yang menilai berbagai tingkat pembatasan garam untuk orang dengan gagal jantung dan memasukkan data tentang tingkat kematian dan rawat inap. Sebagian besar penelitian dilakukan antara tahun 2008-2022, kecuali untuk satu penelitian sebelumnya yang diterbitkan pada tahun 1991. Bersama-sama uji coba tersebut melibatkan hampir 3.500 pasien gagal jantung secara total.
Menganalisis hasil di semua penelitian, tim peneliti menemukan bahwa pasien yang mengikuti diet dengan target asupan garam di bawah 2,5 gram per hari memiliki kemungkinan 80% lebih besar untuk meninggal dibandingkan mereka yang mengikuti diet dengan target 2,5 gram per hari atau lebih.

Batas garam bervariasi dari sekitar 1,2-1,8 gram per hari pada kelompok studi yang lebih ketat. Analisis tidak menunjukkan kecenderungan peningkatan rawat inap di antara pasien yang mengikuti diet yang lebih ketat.
“Membatasi garam masih merupakan cara untuk membantu mengelola gagal jantung, tetapi jumlah pembatasan telah diperdebatkan,” kata Palischerla. “Studi ini menunjukkan bahwa fokusnya harus pada menetapkan tingkat konsumsi natrium yang aman daripada membatasi natrium secara berlebihan.”
Para peneliti mengatakan bahwa ada variabilitas yang signifikan dalam desain studi yang digunakan dalam uji klinis, termasuk karakteristik awal peserta yang berbeda, pengaturan perawatan kesehatan yang berbeda dan metode yang berbeda untuk melacak asupan garam dan hasil kesehatan.
Beberapa penelitian mengharuskan peserta untuk membatasi asupan cairan selain konsumsi garam, sementara penelitian lain tidak. Namun, Paliherla mengatakan bahwa jumlah penelitian dan jumlah peserta memberikan para peneliti tingkat kepercayaan yang tinggi terhadap keseluruhan temuan.
Studi selanjutnya dapat membantu mengklarifikasi target optimal untuk diet garam atau mengidentifikasi subkelompok pasien gagal jantung yang mungkin mendapat manfaat dari lebih banyak atau lebih sedikit pembatasan, kata para peneliti.
Untuk membatasi asupan garam para ahli merekomendasikan makan lebih banyak buah dan sayuran segar dan memasak dengan bahan dasar daripada makanan olahan dan kalengan serta saus yang sering mengandung garam dalam jumlah tinggi.
Selain itu, saat makan di luar atau membeli makanan siap saji, tanyakan informasi nutrisi atau baca label makanan dan pilih makanan dengan jumlah garam paling sedikit, demikian MedicalXpress. (BS)