Berandasehat.id – Penelitian baru menunjukkan bahwa bahan kimia dari knalpot mobil, kebakaran hutan, dan asap rokok merusak kemampuan kulit untuk menghasilkan minyak yang sehat, sehingga lebih mungkin terkena eksim. Temuan ini mengarahkan para ilmuwan ke arah cara merawat penyakit kulit dengan lebih baik. 

Sekarang ini ada lebih dari tiga kali lebih banyak kasus eksim dibandingkan pada tahun 1970-an, dan kini mempengaruhi sebanyak 20% anak-anak dan 10% orang dewasa.

“Saya pikir para penulis ini tepat dalam mengenali bahwa kejadian kondisi alergi naik bersamaan dengan bagaimana berbagai polutan meningkat di lingkungan kita,” kata ahli alergi dan imunologi pediatrik yang berbasis di Denver, Jessica Hui, MD, dilaporkan NBC News. “Kami akhirnya lebih memahami mengapa orang terkena eksim.”

Beberapa orang mendapatkan eksim karena genetika, tetapi penelitian baru dibangun di atas pemahaman sebelumnya tentang bagaimana bahan kimia yang disebut diisosianat dapat memicu gejala eksim berupa gatal parah, kulit kemerahan, dan ruam yang keluar atau menyakitkan. 

Eksperimen pada tikus menunjukkan bahwa paparan bagian tertentu dari diisosianat, yang disebut isosianat, mengganggu produksi minyak yang dibutuhkan kulit agar tetap sehat.

Para peneliti di National Institutes of Health menemukan bahwa ketika bakteri yang hidup di kulit yang sehat terpapar isosianat, mereka harus beradaptasi untuk bertahan hidup, rangkum agensi tersebut dalam rilis berita. “Saat mereka beradaptasi, bakteri ini mengalihkan metabolisme mereka dari membuat lipid, atau minyak, yang dibutuhkan kulit agar tetap sehat. Temuan ini menunjukkan bahwa eksim dapat diobati dengan mengganti bakteri kulit yang dimodifikasi dengan bakteri sehat,” demikian bunyi pernyataan itu.

Bahan kimia tersebut juga memicu pesan ke otak yang menyebabkan peradangan dan gatal pada kulit, kata ketua peneliti Ian Myles, MD, kepada NBC News. Myles juga kepala Unit Riset Epitel di Institut Alergi Nasional dan Laboratorium Imunologi Klinis dan Mikrobiologi Penyakit Menular. 

“Begitu banyak di luar kendali kami. Maksud saya, Anda tidak dapat menutup jalan raya,” katanya tentang sumber lingkungan.

Penelitian sebelumnya yang mengeksplorasi upaya untuk memulihkan bakteri kulit sehat yang disebut Roseomonas mucosa untuk mengobati gejala eksim memiliki hasil yang beragam. 

NIH mengatakan telah membuat bakteri tersedia untuk pengembangan komersial, non-terapi, dalam hal ini sebagai probiotik yang berpotensi menguntungkan.

Studi telah dipublikasikan awal 2023 di jurnal Science Advances. (BS)

Advertisement