Berandasehat.id – Pernah dengar ungkapan bahwa minum obat dalam waktu lama dapat merusak ginjal? Pendapat masih bercampur soal ini. Namun penelitian baru dari Fakultas Kedokteran Universitas Virginia (UVA) meningkatkan kekhawatiran bahwa penggunaan obat-obatan jangka panjang yang biasa diresepkan untuk mengobati tekanan darah tinggi dan gagal jantung dapat berkontribusi pada kerusakan ginjal.
Peneliti menyampaikan pasien harus terus minum obat, termasuk ACE inhibitor yang terkenal dan banyak digunakan untuk mengontrol tekanan darah. Tetapi para ilmuwan mendesak perlunya riset untuk lebih memahami efek jangka panjang obat terkait.

“Studi kami menunjukkan bahwa sel-sel yang memproduksi renin bertanggung jawab atas kerusakan. Kami sekarang berfokus pada pemahaman bagaimana sel-sel ini, yang sangat penting untuk mempertahankan tekanan darah dan menjaga kesejahteraan kita, menjalani transformasi tersebut dan menginduksi kerusakan ginjal,” kata Dr. Maria Luisa Sequeira Lopez dari Pusat Penelitian Kesehatan Anak UVA.
“Yang diperlukan adalah mengidentifikasi zat apa yang dibuat sel-sel ini yang menyebabkan pertumbuhan pembuluh darah yang tidak terkendali di ginjal,” ujar Lopez.
Tekanan darah tinggi kronis mempengaruhi satu miliar orang di seluruh dunia. Para peneliti UVA ingin lebih memahami mengapa bentuk parah dari kondisi ini sering disertai dengan penebalan arteri dan pembuluh darah kecil di ginjal – yang menyebabkan kerusakan organ.
Mereka menemukan bahwa sel ginjal khusus – disebut sel renin – memainkan peran penting. Sel-sel ini biasanya memproduksi renin, yakni hormon vital yang membantu tubuh mengatur tekanan darah.
Tetapi perubahan berbahaya pada sel renin dapat menyebabkan sel menyerang dinding pembuluh darah ginjal. Sel renin kemudian memicu penumpukan jenis sel lain, yakni sel otot polos, yang menyebabkan pembuluh darah menebal dan kaku. Hasilnya: Darah tidak dapat mengalir melalui ginjal sebagaimana mestinya.
Lebih lanjut, para peneliti menemukan, penggunaan obat-obatan jangka panjang yang menghambat sistem renin-angiotensin, seperti penghambat ACE, atau penghambat reseptor angiotensin, memiliki efek yang serupa. Obat ini banyak digunakan untuk berbagai tujuan, termasuk mengobati tekanan darah tinggi, gagal jantung kongestif dan serangan jantung, serta untuk mencegah masalah jantung utama.
“Tetapi penggunaan obat-obatan dalam jangka panjang dikaitkan dengan pembuluh ginjal yang mengeras pada tikus laboratorium dan manusia,” ujar peneliti.
Para peneliti meyakini bahwa obat-obatan itu dapat menyelamatkan nyawa pasien, jadi mereka menekankan pentingnya minum obat. Di sisi lain, mereka mengatakan studi tambahan diperlukan untuk lebih memahami efek jangka panjang obat pada ginjal.
“Penting untuk melakukan studi prospektif terkontrol secara acak untuk menentukan tingkat kerusakan fungsional dan jaringan pada pasien yang memakai obat untuk mengontrol tekanan darah,” kata Dr. Ariel Gomez dari Departemen Pediatrics and Child Health Research Center di UVA.
“Sangat penting untuk mengetahui molekul apa yang dibuat sel-sel ini sehingga kita dapat melawannya untuk mencegah kerusakan saat hipertensi diobati dengan obat yang tersedia saat ini,” imbuh Gomez.
Para peneliti telah mempublikasikan temuan mereka dalam jurnal ilmiah JCI Insight, dan artikel tersebut dipilih sebagai cerita sampul. Tim peneliti terdiri dari Hirofumi Watanabe, Alexandre G. Martini, Evan A. Brown, Xiuyin Liang, Silvia Medrano, Shin Goto, Ichiei Narita, Lois J. Arend, Sequeira Lopez dan Gomez. (BS)