Berandasehat.id – Stunting masih menjadi masalah serius di Indonesia dan butuh perhatian bersama. Studi Status Gizi Balita Indonesia (SSGBI) 2021 menunjukkan bahwa prevalensi stunting mencapai 24,4 persen, turun dari sebelumnya namun masih belum memenuhi syarat yang ditetapkan Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) maksimal 20 persen.

Kepala Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional (BKKBN) Hasto Wardoyo, menyampaikan, selaku pelaksana percepatan penurunan stunting nasional yang ditunjuk oleh Presiden RI, pihaknya berupaya mencapai target penurunan stunting menjadi 14 persen pada 2024. “Mengingat kompleksitas di lapangan, intervensi program percepatan penurunan stunting membutuhkan gotong royong dari seluruh pihak, termasuk pihak pelaku industri pangan,” ujarnya.

Ilustrasi menu Isi Piringku (dok. istimewa)

Harus diakui, masalah stunting kian mengkhawatirkan di masa pandemi. Sebanyak 45% rumah tangga dengan anak merasa kesulitan untuk memenuhi makanan bergizi cukup bagi anak-anaknya. Jika tak selekasnya ditangani, badan PBB Unicef memprediksi jumlah anak stunting di Indonesia dapat meningkat hingga 31,8%, dan termasuk dalam kategori ‘sangat tinggi’.

Guna menurunkan angka stunting di Indonesia, BKKBN berkolaborasi dengan Unilever Indonesia melalui Dapur Sehat Atasi Stunting (DASHAT) dengan program Nutrimenu, dilakukan melalui kegiatan pemberdayaan masyarakat di tingkat desa/kelurahan sebagai upaya pemenuhan gizi seimbang bagi keluarga berisiko stunting.

“Nantinya kader DAHSAT akan dibekali inspirasi resep Nutrimenu dan edukasi mengenai pentingnya memasak serta mengonsumsi makanan bergizi seimbang sesuai panduan ‘Isi Piringku’ sehingga dapat disebarluaskan kepada seluruh target program, termasuk ibu hamil/menyusui,” ujar Head of Foods & Beverages Unilever Indonesia, Ari Astuti dalam webinar memperingati Hari Gizi Nasional 2022 bertema Aksi Bersama Cegah Stunting dan Obesitas yang digelar baru-baru ini.

Terkait hal ini, dokter spesialis gizi klinik Diana F. Suganda, mengatakan cakupan target kolaborasi ini sangat tepat karena malnutrisi yang mengancam kualitas tumbuh kembang anak salah satunya disebabkan oleh masih tingginya prevelansi malnutrisi pada ibu hamil. “Mengingat masa emas pertumbuhan anak terhitung sejak 1.000 hari pertama, yaitu dari kandungan hingga berusia 2 tahun, ibu hamil harus teredukasi untuk mencukupi asupan makronutrien maupun mikronutrien, seperti iodium,” ujarnya.

Diana melanjutkan, asupan iodiumkerap dikesampingkan karena kebutuhan per harinya sangat kecil. “Padahal, lebih dari sekadar mencegah penyakit gondok, iodium berperan besar bagi tumbuh kembang anak, termasuk dalam mencegah stunting,” tuturnya.

Sejalan dengan komitmen tersebut, imbuh Ari Astuti, Royco – sebagai merek yang bernaung di bawah Unilever Indonesia – mengedepankan purpose Gerakan Pangan untuk Masa Depan untuk menginspirasi keluarga Indonesia mengonsumsi hidangan dari bahan makanan dari sumber yang berkelanjutan, dan sesuai dengan pedoman ‘Isi Piringku’ yang digaungkan pemerintah.

“Seluruh produk Royco yang terbuat dari bahan-bahan berkualitas kini telah dibuat dengan garam beriodium. Royco juga melengkapi seluruh kemasannya dengan berbagai resep bergizi, sederhana, praktis dan terjangkau dengan memanfaatkan bahan ’50 Pangan Masa Depan’ untuk menginspirasi keluarga berkreasi di dapur,” ujarnya.

Selain itu, Royco juga memperluas edukasi nutrisi dengan cara yang menyenangkan melalui serial animasi ‘Riko the Series’ yang ditayangkan di YouTube. (HG)