Berandasehat.id – Kekebalan tubuh diperlukan untuk memberikan pertahanan terhadap patogen dan melindungi tubuh, terutama dari infeksi. Sistem kekebalan yang lemah bisa menjadi penyebab meningkatnya kerentanan tubuh terhadap infeksi dan memungkinkan infeksi menjadi lebih parah.
Disampaikan Ketua Perkumpulan Dokter Pengembang Obat Tradisional dan Jamu Indonesia (PDPOTJI), Inggrid Tania, infeksi dalam tubuh memunculkan respons peradangan (inflamasi) sebagai reaksi sistem kekebalan tubuh alami untuk melawan serangan penyakit.
“Meski memiliki fungsi yang baik, proses inflamasi yang terjadi dalam jangka panjang juga terkadang merugikan dan membahayakan bagi tubuh. Sehingga, mengurangi peradangan penting untuk dilakukan, salah satunya adalah melalui pemenuhan nutrisi yang mengandung zat-zat yang dapat menghambat terjadinya peradangan yang berlebihan,” terang Inggrid dalam temu media daring yang digelar Combiphar, baru-baru ini.

Status nutrisi yang buruk atau defisiensi mikronutrien (vitamin dan mineral) dan ketidakseimbangan status oksidan-antioksidan dalam tubuh kerap dikaitkan dengan peradangan dan stres oksidatif, juga pada peningkatan risiko infeksi, yang pada gilirannya dapat mempengaruhi sistem kekebalan tubuh.
Inggrid menekankan, melalui pengendalian defisiensi nutrisi dan perbaikan status antioksidan yang memadai, dapat meningkatkan respon imun pada fase infeksi. “Selain itu, mengonsumsi bahan makanan dengan kapasitas anti-peradangan dan antioksidan yang sangat tinggi juga dapat membantu membangun kekebalan yang optimal,” urainya.
Guna mengoptimalkan sistem kekebalan tubuh dan terhindar dari risiko infeksi dan peradangan, terdapat beberapa mikronutrien dan senyawa antioksidan yang dibutuhkan, di antaranya vitamin A, B dan C serta beberapa mineral seperti magnesium, seng serta zat besi, juga senyawa antioksidan seperti flavonoid dan asam fenolat.
“Selain dengan mengonsumsi suplemen dan makanan sehat, memasukkan madu dan juga beberapa bahan herbal ke dalam daftar asupan, juga dapat membantu melengkapi kebutuhan nutrisi, terutama mikronutrien, serta senyawa antioksidan tersebut,” beber Inggrid.
Lebih lanjut Inggrid menyampaikan, kombinasi madu dan beberapa jenis herbal yang diracik menjadi minuman mampu meningkatkan antioksidan serta memperbaiki kesehatan secara menyeluruh.
Madu sejak lama dipercaya memiliki sejumlah manfaat kesehatan. Cairan yang dihasilkan lebah ini mengandung nutrisi seperti vitamin B dan C, kalsium, protein, kalsium zat besi, dan bahan- bahan mineral lainnya serta senyawa-senyawa flavonoid dan asam fenolat, yang dibutuhkan untuk meningkatkan sistem kekebalan tubuh, serta dapat memberikan sifat antioksidan dan anti-peradangan.
Inggrid menekankan, meski memiliki sejumlah manfaat kesehatan, namun setiap orang disarankan mengonsumsi madu dengan bijak. “Untuk wanita dewasa disarankan konsumsi madu 24 gram sehari atau maksimal 6 sendok teh. Untuk pria dewasa batasan maksimal 9 sendok teh atau setara 36 gram madu per hari,” jelasnya.
Madu untuk Penyandang Diabetes
Bagaimana dengan penyandang diabetes? Menurut Inggrid, penyandang diabetes sebaiknya berkonsultasi dengan dokter sebelum mengonsumsi madu. “Tiap penyandang diabetes berbeda kondisinya. Namun secara umum takaran maksimal konsumsi madu harus lebih sedikit dibanding orang tanpa diabetes. Konsultasikan dengan dokter sebelum meminumnya,” terang Inggrid.
General Manager Marketing Combiphar, Prima Sukma Setiawan, sepakat madu memiliki kegunaan untuk menjaga stamina, meningkatkan daya tahan tubuh, sumber energi, mempercepat penyembuhan sakit atau demam, serta berfungsi sebagai antioksidan dan antibiotik alami.
Madu juga dapat menjadi preferensi yang aman untuk dicampurkan dengan makanan dan minuman kesukaan, termasuk bahan-bahan herbal, termasuk jahe, serai hingga temulawak untuk mengoptimalkan manfaat kesehatan.
Jahe misalnya memiliki efek imunomodulator serta sifat antioksidan dan anti-peradangan. Serai kaya akan vitamin A, vitamin B, vitamin C, kalium, kalsium, magnesium, fosfor, mangan, tembaga, seng, dan zat besi, serta minyak esensial yang mampu mengaktifkan limfosit T dan B yang berperan dalam sistem kekebalan tubuh.
Sedangkan temulawak berfungsi sebagai antioksidan dan agen anti-peradangan, imunomodulator dengan meningkatkan tanggapan sel T untuk pertahanan seluler dan sel B untuk produksi antibodi, dan meningkatkan kemampuan penangkal radikal bebas.
Inggrid menambahkan, waktu terbaik mengonsumsi madu adalah sebelum makan agar penyerapannya lebih baik, pada pagi dan sore hari. (BS)