Berandasehat.id – Tampaknya pandemi COVID-19 masih jauh dari kata usai meskipun sejumlah negara sudah melakukan pelonggaran pembatasan. Virus corona penyebab COVID terus bermutasi, kali ini muncul varian Deltacron, alias gabungan dari Delta dan Omicron. Kemunculan varian kombinasi ini telah dikonfirmasi oleh Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) pekan lalu.
Pimpinan teknis COVID-19 WHO Maria Van Kerkhove mengonfirmasi adanya hibrida varian Delta dan Omicron berdasarkan laporan dari para ilmuwan. Meskipun tingkat deteksinya masih sangat rendah, banyak negara sedang mengawasi lebih lanjut terkait hibrida virus SARS-CoV-2. “Kami belum melihat perubahan apapun dalam epidemiologi, perubahan tingkat keparahan, tetapi beberapa studi tengah dilakukan,” terang Van Kerkhove dalam keterangannya.

Media terkemuka Britania Raya, The Guardian, menyebut Deltacron sudah menyebar di Inggris. Pekan lalu, Badan Keamanan Kesehatan Inggris (UKHSA) juga menyatakan sekitar 30 kasus telah terdeteksi di Inggris.
Sedangkan laporan USA Today dan Daily Mail, mengatakan WHO mengungkap Deltacron sudah menyebar di Prancis, Belanda, dan Denmark. Kasus sama juga ditemukan di Amerika Serikat (AS), dengan dua infeksi.
Global Initiative on Sharing All Influenza Data (GISAID) juga telah mengumumkan temuan Deltacron di laman resminya. Berdasarkan keterangan GISAID, Deltacron diturunkan dari garis keturunan GK/AY.4 dan GRA/BA.1. Data dikumpulkan dari laporan Institut Pasteur Prancis. “Investigasi lebih lanjut diperlukan untuk menentukan apakah rekombinan ini berasal dari satu nenek moyang yang sama atau dapat dihasilkan dari beberapa rekombinasi serupa,” demikian keterangan GISAID di laman resminya.
Sebenarnya, kabar kemunculan varian Deltacron sudah mengemuka sejak awal 2022, disampaikan oleh Profesor ilmu biologi di Universitas Cyprus Leondios Kostrikis. Ia menyebut ada tanda genetik seperti Omicron dalam genom Delta. Atas temuan inilah varian itu dinamakan Deltacron. Disebut-sebut Deltacron memiliki 25 kasus mutasi.
Dikutip dari laman WebMD, para ilmuwan belum menggunakan nama Deltacron, dan WHO belum mengklasifikasikannya sebagai “varian yang mengkhawatirkan” alias variant of concern (VoC), karena hanya ada sedikit kasus. Variant of concern diidentifikasi dengan huruf Yunani, seperti Delta atau Omicron.
“Fakta bahwa tidak banyak, bahkan dua kasus yang kami lihat berbeda, menunjukkan bahwa itu mungkin tidak akan meningkat ke varian yang perlu dikhawatirkan,” terang William Lee, PhD, kepala petugas sains di Helix.
“Itu hanya (menjadi) varian jika menghasilkan sejumlah besar kasus,” imbuh William Hanage, PhD, ahli epidemiologi di Harvard T.H. Chan School of Public Health. “Jadi tidak, kalau tidak menimbulkan banyak kasus, masyarakat tidak perlu khawatir.” (BS)