Berandasehat.id – Omicron sejauh ini masih menjadi varian dominan dan menggeser hegemoni Delta. Meski dianggap menimbulkan gejala lebih ringan, namun tak sedikit mereka yang terpapar Omicron harus menjalani rawat inap di rumah sakit, terutama yang memiliki komorbid atau belum divaksinasi.
Untuk mengurai misteri Omicron, Medical News Today berbicara dengan Dr. David M. Cutler, dokter keluarga di Saint John’s Physician Partners di Santa Monica, Amerika Serikat.
Cutler menegaskan bahwa gejala Omicron bervariasi dan mungkin tidak menonjol dengan cara tertentu, dibandingkan dengan tanda-tanda infeksi dengan varian sebelumnya.

“Variasi gejala yang terlihat pada Omicron sama dengan varian SARS-CoV-2 lainnya,” katanya. “Tampaknya cukup penting bahwa orang yang terkena varian yang sama mungkin mengalami gejala yang sangat berbeda. Ada yang hidungnya tersumbat, ada yang sakit kepala, kadang sakit badan, dan ada yang sakit tenggorok.”
Namun, dia mencatat, infeksi paru yang serius tampaknya lebih kecil kemungkinannya akibat infeksi Omicron dibandingkan dengan varian sebelumnya.
“Itu mungkin karena – tidak seperti varian lain – Omicron lebih suka menginfeksi saluran pernapasan bagian atas. Ini mungkin juga mengapa tampaknya menyebabkan gejala yang lebih ringan,” terang Manajer Insiden Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) Abdi Mahamud.
“Kami melihat semakin banyak penelitian yang menunjukkan bahwa Omicron menginfeksi bagian atas tubuh. Tidak seperti varian lain yang dapat menyebabkan pneumonia parah,” imbuhnya.
Namun demikian penelitian lebih lanjut diperlukan untuk mengonfirmasi hal ini.
Mendeteksi Infeksi Omicron
Ada beberapa laporan anekdotal bahwa tes aliran lateral – juga dikenal sebagai LFT – mungkin kurang efektif dalam mendeteksi keberadaan infeksi Omicron. Tes semacam itu – yang dapat dilakukan secara mandiri di rumah – didasarkan pada sampel yang diambil dari hidung, tenggorokan, atau keduanya dan dimaksudkan untuk mendeteksi antigen virus tertentu – yang menunjukkan adanya infeksi virus.
Menurut Cutler, tes aliran lateral secara inheren tidak akurat [karena] tidak mendeteksi viral load dalam tingkat rendah seperti halnya tes PCR.
Tes RT-PCR, atau disingkat PCR, didasarkan pada sampel yang diambil dari hidung dan tenggorokan seseorang. Namun, sampel-sampel ini menjalani pengujian laboratorium, yang dapat mengungkapkan apakah ada gen spesifik SARS-CoV-2. Tes PCR lebih sensitif dan umumnya dianggap lebih akurat.
Selain itu, pengujian penanda genetik juga dapat mengungkap khususnya varian SARS-CoV-2.
Beberapa lembaga kesehatan, seperti Badan Keamanan Kesehatan Inggris (UKHSA), telah menyatakan bahwa, ketika digunakan dengan benar, LFT seharusnya dapat mendeteksi infeksi dengan varian SARS-CoV-2 dalam banyak kasus.
Evaluasi laboratorium perangkat aliran lateral yang saat ini digunakan di Inggris oleh UKHSA juga menunjukkan bahwa LFT mendeteksi Omicron seefektif varian sebelumnya.
Pengobatan Infeksi Omicron Ringan
Apa yang terjadi jika terinfeksi varian Omicron dengan gejala cukup ringan sehingga tidak memerlukan perawatan di rumah sakit? “Tidak ada obat rumahan non-resep khusus untuk mencegah atau mengobati [COVID-19],” kata Cutler.
Obat terbaik mirip dengan yang mungkin digunakan untuk mengobati gejala flu ringan atau pilek. “Pengobatan yang direkomendasikan diarahkan pada gejalanya, yakni tetap terhidrasi, istirahat cukup, dan konsumsi makanan bergizi baik. Konsumsi asetaminofen atau ibuprofen untuk meredakan sakit kepala, nyeri, atau demam. Hindari pengobatan yang belum terbukti seperti hydroxychloroquine, ivermectin, zinc, dan vitamin D, yang tidak memiliki nilai yang diketahui dan dapat menyebabkan efek samping,” saran Cutler.
Tips untuk Pencegahan Omicron
Seperti kita tahu, mencegah lebih baik daripada mengobati, jadi mengambil tindakan untuk melindungi diri kita dan orang yang kita cintai agar tidak terinfeksi Omicron atau varian SARS-CoV-2 lainnya adalah pendekatan terbaik.
“Metode terbaik untuk mencegah infeksi varian SARS-CoV-2 adalah pendekatan berbagai teknik,” jelas Cutler. “Saya suka menyebutnya pendekatan keju Swiss.”
Dalam hal ini, sebut Cutler, kita memerlukan beberapa jenis perlindungan untuk mencegah COVID-19. “Tidak ada satu teknik perlindungan yang 100% efektif. Vaksin, masker, menjaga jarak, ventilasi, dan menghindari orang yang sakit atau tidak divaksinasi semuanya penting dan efektif untuk mencegah terkena infeksi. Dan melakukan isolasi ketika terinfeksi sangat penting untuk mencegah menyebarkan [virus] ke orang lain,” tandasnya. (BS)