Berandasehat.id – Anak-anak dan remaja ternyata tak luput dari efek jangka panjang COVID-19. Sebuah studi baru menemukan, seperempat anak-anak dan remaja yang tertular COVID-19 dan memiliki gejala – mengalami masalah yang berkepanjangan atau kerap disebut dengan istilah Long COVID.
Masalah jangka panjang itu sangat luas dan seperti gejala Long COVID yang terlihat pada orang dewasa, seperti kelelahan, gangguan tidur, masalah pernapasan, jantung, dan pencernaan.
“Anak-anak dan remaja juga memiliki konsekuensi kesehatan fisik dan mental yang berasal dari COVID-19,” sebut Sonia Villapol, PhD, penulis studi senior dan ahli saraf di Houston Medical Research Institute, mengatakan kepada Reuters.

“Mengidentifikasi tanda dan gejala utama penyakit COVID-19 pada anak dapat membantu mendiagnosis, mengembangkan perawatan yang lebih baik, membuat tim multidisiplin untuk manajemen klinis yang optimal, dan menemukan faktor risiko untuk pencegahan,” imbuh Villapol.
Villapol dan peneliti dari Amerika Serikat, Meksiko, dan Swedia mengumpulkan data dari 21 penelitian sebelumnya yang dilakukan di Eropa, Asia, Australia, dan Amerika Selatan untuk memperkirakan berapa banyak pasien di bawah 18 tahun yang mengidap Long COVID dan mengidentifikasi gejala yang paling umum.
Di antara lebih dari 80.000 anak dan remaja dengan COVID-19, sebanyak 25% mengalami gejala yang berlangsung setidaknya selama 4 hingga 12 minggu atau gejala persisten baru yang muncul dalam 12 minggu. Long COVID muncul di lebih dari 29% pasien yang dirawat di rumah sakit. Anak-anak yang menderita COVID-19 parah, obesitas, penyakit terkait alergi, atau kondisi kesehatan jangka panjang lainnya lebih mungkin terkena gejala Long COVID.
Masalah yang paling sering adalah gejala suasana hati seperti kecemasan dan depresi, diikuti oleh kelelahan dan gangguan tidur. Gejala umum lainnya adalah neuropsikiatri (sakit kepala, perubahan kemampuan berpikir, pusing, masalah keseimbangan), kardiorespirasi (sulit bernapas, sesak, intoleransi olahraga, nyeri dan sesak dada, batuk, irama jantung tidak teratur), kognitif (konsentrasi berkurang, sulit tidur, kebingungan, kehilangan memori), terkait kulit (terlalu banyak berkeringat, gatal, rambut rontok) dan gastrointestinal (hilang nafsu makan, sakit perut, sembelit, diare, muntah, dan mual).
Jika dibandingkan dengan anak-anak tanpa COVID-19, anak-anak yang terkena virus corona itu diketahui 10 kali lebih mungkin mengalami kehilangan perasa atau penciuman terus-menerus, dua kali lebih mungkin mengalami masalah pernapasan jangka panjang, dan dua kali lebih mungkin mengalami masalah demam berkelanjutan.
Penulis studi mencatat bahwa penelitian lebih lanjut diperlukan karena analisis data yang dikumpulkan dari banyak penelitian dengan metode yang berbeda dapat menimbulkan sejumlah batasan. Tetapi penelitian ini dapat membantu mengidentifikasi Long COVID dan merawat anak-anak dengan gejala yang masih ada.
“Long COVID mewakili masalah kesehatan masyarakat yang signifikan, dan tidak ada pedoman untuk mengatasi diagnosis dan manajemennya,” simpul penulis penelitian seraya menyoroti pentingnya terus memantau dampak Long COVID pada anak-anak dan remaja. (BS)