Berandasehat.id – Pandemi membuat daftar kebutuhan donor organ kian panjang dan memperburuk kekurangan organ untuk disumbangkan karena ahli bedah khawatir menggunakan organ dari donor yang terinfeksi COVID-19.

Bagi mereka yang menunggu ginjal atau hati baru, penelitian baru meyakinkan: Organ dari donor yang telah meninggal yang terinfeksi COVID-19 tidak menyebabkan infeksi pada penerima dan tidak menimbulkan risiko bagi petugas kesehatan (yang menanganinya).

Dalam sebuah penelitian yang dimulai pada September 2021, tim Fakultas Kedokteran Universitas Duke menilai transplantasi/cangkok di mana dua kombinasi hati dan dua ginjal/pankreas dari empat donor yang dites positif COVID-19 diberikan kepada empat penerima.

Ilustrasi virus corona (dok. istimewa)

Satu donor meninggal karena komplikasi COVID-19 parah – termasuk ‘pembekuan’ paru – dan satu meninggal karena abses otak yang kemungkinan dipicu oleh COVID-19. Dua donor lainnya menderita penyakit COVID-19 ringan atau sedang dan meninggal karena stroke dan overdosis obat.

Para donor dinilai berdasarkan jenis organ, durasi dan tingkat keparahan penyakit COVID-19, dan apakah ada tanda-tanda potensi peningkatan pembekuan pada organ atau pembuluh darah yang disumbangkan.

Protokol yang digunakan oleh tim Duke juga mencakup pemeriksaan organ yang cermat, dan mereka memperhitungkan urgensi transplantasi saat mengevaluasi risiko.

Selama tindak lanjut rata-rata 46 hari setelah menerima organ baru mereka, tidak ada penerima yang terinfeksi COVID-19 melalui cangkok organ, dan tidak ada infeksi pada petugas kesehatan yang melakukan kontak dengan pasien.

Studi ini akan dipresentasikan pada Kongres Eropa Mikrobiologi Klinis dan Penyakit Menular di Lisbon, Portugal, yang diadakan dari 23-26 April mendatang. Penelitian yang dipresentasikan pada pertemuan harus dianggap pendahuluan sampai diterbitkan dalam jurnal peer-review (yang ditinjau sejawat).

“Meskipun terbatas, pengalaman kami hingga saat ini mendukung penggunaan organ perut dari donor positif COVID-19 dianggap aman dan efektif, bahkan mereka yang terinfeksi aktif, atau dengan penyakit paru yang disebabkan oleh COVID-19,” kata penulis studi Dr. Emily Eichenberger dalam rilis berita.

Eichenberger mencatat bahwa hasil untuk penerima tampak konsisten dengan hasil transplantasi yang diharapkan, dan menambahkan bahwa total 20 cangkok organ tersebut sekarang telah berhasil dilakukan.

Namun, penelitian tentang transplantasi organ dari pendonor yang pernah mengidap COVID-19 masih dalam tahap awal dan penelitian lebih lanjut diperlukan dari berbagai pusat di seluruh dunia untuk mengonfirmasi temuan awal ini.

Meskipun empat penerima dalam penelitian ini tidak divaksinasi, catat Eichenberger, semua penerima transplantasi sekarang sangat dianjurkan untuk divaksinasi sepenuhnya.

“Tidak divaksinasi dapat meningkatkan risiko COVID-19 parah pada pasien cangkok organ karena obat imunosupresif pasca transplantasi. Untuk itu, kami sangat menganjurkan pasiendalam daftar tunggu untuk divaksinasi,” tandas Eichenberger dilaporkan Healthday. (BS)