Berandasehat.id – Data terbaru menunjukkan hal kurang menyenangkan terkait dengan vaksin COVID yang diproduksi salah satu perusahaan farmasi global. Tingkat kematian terkait COVID di antara orang Amerika yang menerima vaksin COVID-19 Johnson & Johnson lebih dari dua kali lipat dari orang yang menerima vaksin lain dikaitkan dengan data baru dari gelombang Omicron yang menyapu wilayah AS belakangan ini.

Untuk minggu hingga 8 Januari, ketika kasus varian yang sangat menular melonjak, tingkat kematian terkait COVID di antara orang-orang yang mendapat suntikan Johnson & Johnson (J&J) lebih dari lima dalam 100.000, menurut angka dari Badan Pengendalian dan Pencegahan Penyakit AS (CDC). Hal itu dibandingkan dengan sekitar dua kematian per 100.000 di antara mereka yang menerima vaksin mRNA Pfizer atau Moderna, CBS News melaporkan.

Ilustrasi penyintas Covid (dok. istimewa)

Tetapi tingkat kematian di antara mereka yang mendapat suntikan J&J, yang bukan merupakan vaksin mRNA, masih jauh lebih rendah daripada di antara orang Amerika yang tidak divaksinasi. Tingkat kematian mereka mendekati 20 per 100.000.

CBS News melaporkan, di antara orang-orang yang menerima suntikan booster, mereka yang awalnya divaksinasi dengan vaksin J&J memiliki tingkat kematian COVID-19 yang lebih tinggi daripada mereka yang memulai dengan dosis Pfizer atau Moderna.

Tetapi infeksi terobosan di antara penerima vaksin J&J serupa atau lebih rendah dibandingkan dengan yang lain, menurut data CDC yang dirilis ketika pejabat federal mempertimbangkan putaran baru suntikan booster di sejumlah wilayah AS.

“Data CDC menambah semakin banyak bukti yang menunjukkan bahwa vaksin Johnson & Johnson COVID-19 memberikan perlindungan yang bertahan lama terhadap infeksi terobosan dan rawat inap,” kata juru bicara J&J Jake Sargent dalam sebuah pernyataan tertulis.

Data tidak disesuaikan untuk sejumlah faktor yang dapat mempengaruhi perbandingan langsung antara berbagai kelompok orang yang divaksinasi, termasuk lamanya waktu sejak vaksinasi dan masalah kesehatan yang mendasarinya/penyakit penyerta.

“Vaksin J&J berbeda dalam hal itu, pada awalnya respons antibodi sedikit lebih rendah daripada vaksin mRNA. Tetapi respons itu sebenarnya dipertahankan dengan sangat baik dari waktu ke waktu, bahkan sedikit meningkat,” Dr. Dan Barouch, direktur Center untuk Penelitian Virologi dan Vaksin di Beth Israel Deaconess Medical Center di Boston, mengatakan kepada CBS News.

Untuk saat ini, penerima suntikan J&J yang kekebalannya terganggu yang memenuhi syarat untuk menerima suntikan ketiga. Tapi itu bisa segera berubah. Moderna dan Pfizer-BioNTech sedang berusaha untuk meluncurkan suntikan booster tambahan yang akan mencakup penerima vaksin Johnson & Johnson.

Sementara itu, Badan Pengawas Obat dan Makanan AS (FDA) berencana untuk membahas booster tambahan bulan depan. (BS)