Berandasehat.id – Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) sedang melacak varian Covid-19 rekombinan termasuk hibrida XE Omicron yang sedikit lebih mudah menular daripada induknya Omicron.

“Rekombinan akan muncul,” kata Direktur Darurat Pasifik Barat WHO Babatunde Olowokure. “[Itu] terjadi ketika setidaknya dua jenis virus yang berbeda menginfeksi sel yang sama dan bertukar gen di antara mereka. Rekombinasi adalah umum di antara coronavirus dan sudah diprediksi.”

“Kami terus memantau (varian) itu dan bagaimana mereka berkembang dan menyebar, terutama dalam hal apakah mereka lebih menular atau tidak,” imbuhnya. “WHO juga menilai tingkat keparahan penyakit, dampak pada kinerja vaksin dan risiko infeksi ulang.”

Ilustrasi pandemi Covid (dok. istimewa)

Badan kesehatan global mengatakan varian rekombinan yang dilacak termasuk garis keturunan XD – kombinasi dari varian Delta dan Omicron – dan garis keturunan XE, yang merupakan hibrida dari subgaris keturunan Omicron BA.1 dan BA.2.

Perkiraan awal menunjukkan bahwa XE 10 persen lebih mudah menular daripada BA.2 – dijuluki “Omicron siluman” – tetapi XD tidak lebih menular daripada varian lain yang beredar, menurut pembaruan mingguan Covid-19 WHO, yang diterbitkan pekan lalu dilaporkan SMCP.

XE yang telah terdeteksi di Inggris, India dan Thailand, belum dilaporkan di wilayah Pasifik Barat WHO, yang meliputi negara-negara kepulauan Pasifik, Australia, Cina daratan, Hong Kong, Jepang dan Korea Selatan serta sebagian Asia Tenggara – tetapi tidak Thailand, yang termasuk dalam wilayah Asia Tenggara WHO.

Direktur Regional Pasifik barat, Takeshi Kasai, mengatakan bahwa negara-negara harus terus memperkuat perencanaan Covid-19 mereka untuk menanggapi lonjakan dan mutasi, dan siap menghadapi pandemi di masa depan.

“Kemungkinan virus itu tidak akan hilang dalam waktu dekat,” katanya. “Itu akan terus bermutasi dan melonjak. Jadi bukan virusnya tetapi sistem yang secara berkelanjutan dapat mengendalikan lonjakan berulang Covid-19 sambil menghindari gangguan yang signifikan bagi masyarakat.”

“[Negara anggota kami] mengelola lonjakan tanpa melebihi atau mencapai garis merah – titik di mana jumlah kasus parah melebihi kapasitas layanan kesehatan,” imbuh Takeshi Kasai.

Dia mengatakan cara terbaik untuk mengakhiri darurat kesehatan masyarakat adalah dengan melakukan cakupan vaksin yang tinggi, meningkatkan kapasitas perawatan kesehatan dan mempertahankan langkah-langkah kesehatan masyarakat, memperkenalkan langkah-langkah yang lebih spesifik dalam pengaturan berisiko tinggi seperti sekolah sehingga memungkinkan kegiatan belajar mengajar tetap berjalan.

Direktur Program Pengendalian Penyakit Regional WHO, Huong Tran, mengatakan bahwa wilayah tersebut memiliki tingkat vaksinasi yang tinggi untuk kelompok yang paling rentan, yakni 26 dari 37 negara dan wilayah anggotanya telah memvaksinasi petugas kesehatan dan 23 telah memvaksinasi orang tua.

“Pasokan dan distribusi vaksin tidak lagi menjadi masalah utama di wilayah kami,” katanya. “Sebagian besar negara dan wilayah di kawasan kami, termasuk negara berpenghasilan rendah dan menengah serta negara-negara kepulauan Pasifik, sekarang berada dalam posisi yang relatif baik dalam hal aksesibilitas dan ketersediaan vaksin.” (BS)