Berandasehat.id – COVID-19 meningkatkan risiko pembekuan darah berbahaya dan pendarahan selama berbulan-bulan setelah infeksi. Hal ini harus diwaspadai penyintas. Temuan baru menunjukkan bahwa COVID-19 merupakan faktor risiko independen untuk trombosis vena dalam, emboli paru, dan perdarahan.
“Temuan kami bisa dibilang mendukung [pengobatan] untuk menghindari kejadian trombotik, terutama untuk pasien berisiko tinggi, dan memperkuat pentingnya vaksinasi terhadap COVID-19,” para penulis penelitian menyimpulkan dalam laporan yang diterbitkan 6 April di British Medical Journal (BMJ) dilaporkan laman Healthday.
Peneliti menyampaikan meskipun risiko tambahan pembekuan dan pendarahan diketahui, tidak jelas berapa lama hal itu berlangsung.

Guna menelisik hal ini, para peneliti membandingkan lebih dari satu juta orang di Swedia yang dites positif COVID-19 antara 1 Februari 2020 hingga 25 Mei 2021, dan kelompok kontrol yang terdiri dari lebih dari 4 juta orang yang tidak positif COVID.
Dibandingkan dengan kelompok kontrol, pasien COVID-19 memiliki risiko trombosis vena dalam, atau DVT (bekuan darah di kaki) yang jauh lebih tinggi secara signifikan hingga tiga bulan setelah infeksi; emboli paru (bekuan darah di paru) hingga enam bulan; dan peristiwa perdarahan hingga dua bulan.
Setelah memperhitungkan sejumlah faktor yang mungkin signifikan, para peneliti menyimpulkan bahwa mereka yang mengidap COVID-19 memiliki risiko DVT lima kali lebih tinggi; risiko emboli paru 33 kali lipat lebih tinggi; dan risiko perdarahan hampir dua kali lipat dalam 30 hari setelah infeksi.
Trombosis vena dalam terjadi pada 0,04% pasien COVID-19 dan 0,01% pasien kontrol. Emboli paru terjadi pada 0,17% pasien COVID-19 dan 0,004% pasien kontrol. Dan peristiwa pendarahan terjadi pada 0,10% pasien COVID-19 dan 0,04% pasien kontrol, menurut laporan tersebut.
Risiko pembekuan darah dan pendarahan paling tinggi pada pasien dengan COVID-19 parah, mereka yang memiliki kondisi kesehatan yang sudah ada/komorbid dan mereka yang terinfeksi selama gelombang pertama daripada pada gelombang kedua dan ketiga.
Studi menemukan, bahkan pasien dengan COVID-19 ringan memiliki peningkatan risiko DVT dan emboli paru. Meskipun tidak ada kenaikan risiko perdarahan yang ditemukan pada pasien dengan COVID ringan, ada peningkatan nyata pada pasien dengan infeksi yang lebih parah.
Penelitian ini dipimpin oleh Anne-Marie Fors Connolly dari departemen mikrobiologi klinis di Universitas Ume di Swedia. Sedangkan Frederick Ho dari Institut Kesehatan dan Kesejahteraan di Universitas Glasgow di Skotlandia dan rekan-rekannya menulis editorial yang menyertai temuan tersebut.
Meskipun banyak negara menghapus pembatasan pandemi dan mengalihkan fokus mereka untuk hidup berdampingan dengan COVID-19, penelitian ini mengingatkan kita akan perlunya tetap waspada terhadap komplikasi yang terkait dengan infeksi SARS-CoV-2 yang ringan sekalipun, termasuk tromboemboli, simpul peneliti. (BS)