Berandasehat.id – Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) menyebut jumlah kasus COVID-19 yang dilaporkan di seluruh dunia terus menurun kecuali di Amerika dan Afrika, dalam penilaian terbarunya terhadap pandemi tersebut. Penurunan terjadi ketika Eropa menandai tonggak kematian COVID-19, yakni 2 juta di benua itu.

Dalam laporan pandemi mingguan yang dirilis Selasa (10/5/2022) malam, badan kesehatan PBB mengatakan sekitar 3,5 juta kasus baru dan lebih dari 25.000 kematian dilaporkan secara global, yang masing-masing mewakili penurunan 12% dan 25%.

Tren penurunan infeksi yang dilaporkan dimulai pada bulan Maret 2022 meskipun banyak negara telah menghentikan program pengujian dan pengawasan, membuat penghitungan kasus yang akurat menjadi sangat sulit.

Ilustrasi pandemi Covid-19 (dok. istimewa)

WHO mengatakan hanya ada dua wilayah di mana infeksi COVID-19 yang dilaporkan meningkat: Amerika, sebesar 14%, dan Afrika, sebesar 12%. Kasus tetap stabil di Pasifik Barat dan menurun di tempat lain, kata badan tersebut.

Direktur Jenderal WHO Tedros Adhanom Ghebreyesus memperingatkan selama konferensi pers minggu ini bahwa meningkatnya kasus di lebih dari 50 negara menyoroti volatilitas virus ini.

Tedros mengatakan varian COVID-19, termasuk versi mutasi dari Omicron yang sangat menular, mendorong kebangkitan COVID-19 di beberapa negara, termasuk Afrika Selatan, yang merupakan negara pertama yang mengidentifikasi omicron pada November 2021.

Dia mengatakan tingkat kekebalan populasi yang relatif tinggi mencegah lonjakan rawat inap dan kematian tetapi memperingatkan bahwa hal itu tidak dijamin untuk tempat-tempat di mana tingkat vaksinasi rendah. Hanya sekitar 16% orang di negara-negara miskin yang telah diimunisasi terhadap COVID-19.

Laporan WHO mencatat bahwa beberapa lompatan terbesar dalam kasus COVID-19 terlihat di Cina, yang mengalami kenaikan 145% dalam seminggu terakhir.

Awal pekan ini, otoritas Cina menggandakan pembatasan pandemi di Shanghai setelah pelonggaran dalam waktu singkat. Langkah itu membuat frustrasi warga yang berharap penguncian lebih dari sebulan akhirnya mereda setelah keluhan kekurangan makanan dan karantina di mana beberapa orang terpaksa menyerahkan kunci rumah mereka.

Tedros mengatakan dia tidak berpikir strategi nol-COVID di Cina berkelanjutan, mengingat perilaku virus sekarang dan apa yang harus diantisipasi di masa depan.

Pada Kamis (12/5/2022), Korea Utara mengumumkan wabah virus corona pertamanya dan memberlakukan penguncian secara nasional. Ukuran wabah itu tidak segera diketahui, tetapi itu bisa memiliki konsekuensi serius karena negara itu memiliki sistem perawatan kesehatan yang buruk dan 26 juta orangnya diyakini sebagian besar tidak divaksinasi, demikian laporan AP. (BS)