Berandasehat.id – Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) tengah berkoordinasi dengan Inggris dan pejabat kesehatan Eropa lainnya setelah otoritas Inggris mendeteksi setidaknya tujuh kasus cacar monyet bulan ini. Pejabat kesehatan telah mencatat beberapa dari infeksi ini mungkin melalui kontak seksual — dalam hal ini di antara pria gay atau biseksual — yang akan menjadi perkembangan baru dalam memahami penularan virus.
Gejala cacar monyet pada manusia – yang endemik di beberapa bagian Afrika Tengah dan Barat -termasuk lesi, demam, nyeri otot, dan kedinginan.
Penularan biasanya melalui kontak dekat dengan hewan yang terinfeksi seperti tikus dan monyet dan terbatas antar manusia. Penyakit bisa berakibat fatal, namun kasus jarang terjadi.

Badan Keamanan Kesehatan Inggris (UKHSA), Senin (16/5/2022) telah mendeteksi empat kasus baru—tiga di London dan satu kasus terkait di Newcastle, timur laut Inggris, setelah menemukan tiga kasus pada awal Mei. Keempat kasus tambahan itu adalah laki-laki yang berhubungan seks dengan laki-laki atau mengidentifikasi diri sebagai gay atau biseksual, menurut keterangan UKHSA.
Tidak ada yang mengetahui hubungan dengan tiga kasus yang dikonfirmasi sebelumnya, yang pertama terkait dengan perjalanan dari Nigeria, lanjut UKHSA. Pasien-pasien yang membutuhkan perawatan medis berada di unit penyakit menular spesialis di rumah sakit di London dan Newcastle.
Dalam briefing Selasa (17/5/2022), WHO mengatakan ada juga satu kasus ‘kemungkinan tambahan’ yang dilaporkan di Inggris.
“Kami melihat penularan di antara laki-laki yang berhubungan seks dengan laki-laki,” terang Ibrahima Soce Fall, asisten direktur jenderal untuk tanggap darurat di WHO. “(Ini) adalah informasi baru yang perlu kami selidiki dengan benar, untuk memahami lebih baik dinamika penularan lokal di Inggris dan di beberapa negara lain.”
Maria Van Kerkhove, pejabat WHO lainnya, mengatakan organisasi itu bekerja dengan kantor regionalnya, serta Pusat Pengendalian Penyakit Eropa dan UKHSA, untuk lebih memahami wabah tersebut. “Kami bekerja sangat erat dengan [mereka] … untuk mengevaluasi setiap kasus ini, sumber infeksi mereka,” tuturnya.
Van Kerkhove menekankan perlunya melibatkan pelacakan kontak ke depan untuk memastikan bahwa tidak ada penularan lebih lanjut dari manusia ke manusia, serta pelacakan kontak kembali untuk lebih memahami sumber infeksi, demikian dilaporkan AFP. (BS)