Berandasehat.id – Pakar penyakit menular cacar monyet dari Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) menyampaikan prediksi ratusan kasus yang dilaporkan hingga saat ini tampaknya tidak akan berubah menjadi pandemi lain, tetapi mengakui masih banyak yang tidak diketahui tentang penyakit ini, termasuk bagaimana sebenarnya penyebarannya dan apakah penangguhan imunisasi cacar massal selama dekade lalu – mungkin entah bagaimana – mempercepat transmisinya.
Dalam sesi publik pada Senin (30/5/2022), Dr. Rosamund Lewis dari WHO mengatakan sangat penting untuk menekankan bahwa sebagian besar kasus yang terlihat di lusinan negara secara global adalah pada gay, biseksual atau laki-laki yang berhubungan seks dengan laki-laki, sehingga para ilmuwan dapat mempelajari lebih lanjut masalah itu.

Dia mendesak mereka yang berisiko untuk berhati-hati. “Sangat penting untuk menggambarkan ini karena tampaknya ada peningkatan dalam cara penularan yang mungkin kurang dikenali di masa lalu,” kata Lewis dikutip Associated Press.
“Saat ini, kami tidak khawatir tentang pandemi global,” imbuh Lewis. “Kami khawatir bahwa individu dapat memperoleh infeksi ini melalui paparan berisiko tinggi jika mereka tidak memiliki informasi yang dibutuhkan untuk melindungi diri mereka sendiri.”
Lewis memperingatkan bahwa siapa pun berpotensi berisiko terkena penyakit ini, terlepas dari orientasi seksualnya.
Sedangkan pakar lain telah menyampaikan bahwa mungkin tidak disengaja bahwa penyakit ini pertama kali ditemukan pada pria gay dan biseksual, dengan mengatakan bahwa penyakit itu dapat dengan cepat menyebar ke kelompok lain jika tidak diatasi.
Pekan lalu, WHO mengatakan 23 negara yang sebelumnya tidak terkena cacar monyet kini telah melaporkan lebih dari 250 kasus. Senin kemarin, Inggris mengumumkan 71 kasus cacar monyet lainnya.
Lewis mengatakan tidak diketahui apakah cacar monyet ditularkan melalui hubungan seks atau hanya kontak dekat antara orang-orang yang melakukan aktivitas seksual dan menggambarkan ancaman terhadap populasi umum dikategorikan dalam skala rendah.
Cacar monyet diketahui menyebar ketika ada kontak fisik yang dekat dengan orang yang terinfeksi, pakaian atau seprai mereka.
Ahli WHO itu juga memperingatkan bahwa di antara kasus-kasus saat ini, ada proporsi yang lebih tinggi dari orang-orang yang terinfeksi mengalami lesi yang lebih terkonsentrasi di daerah genital dan kadang-kadang hampir tidak mungkin terlihat. “Anda mungkin memiliki lesi ini selama dua hingga empat minggu (dan) mungkin tidak terlihat oleh orang lain, tetapi mungkin masih menularkankannya,” katanya.
Pekan lalu, seorang penasihat utama WHO mengatakan wabah cacar monyet di Eropa, AS, Israel, Australia dan sekitarnya kemungkinan terkait dengan seks di Spanyol dan Belgia. Itu menandai perubahan yang signifikan dari pola penyebaran penyakit yang khas di Afrika tengah dan barat, di mana orang-orang terutama terinfeksi oleh hewan seperti hewan pengerat dan primata liar.
Para ilmuwan belum menentukan apakah wabah cacar monyet di negara-negara kaya dapat ditelusuri ke Afrika, tetapi penyakit itu terus membuat orang sakit di benua itu. (BS)