Berandasehat.id – Cacar monyet telah menelan korban jiwa. Senin (30/5/2022) lalu, pihak berwenang di Kongo mengatakan sembilan orang telah meninggal karena cacar monyet sepanjang tahun 2022. Disampaikan Dr. Aime Alongo, kepala divisi kesehatan Sankuru di Kongo, sejauh ini 465 kasus telah dikonfirmasi, menjadikannya salah satu negara yang paling parah dilanda penyakit menular cacar monyet di Afrika Tengah dan Barat.

Pihak berwenang Nigeria mengonfirmasi kematian cacar monyet pertama di negara itu tahun ini, di samping enam kasus lagi.  WHO mengatakan ribuan kasus cacar monyet dilaporkan dari Nigeria dan Kongo setiap tahun.

Ilustrasi cacar monyet (dok. istimewa)

Kebanyakan pasien cacar monyet hanya mengalami demam, nyeri tubuh, kedinginan, dan kelelahan. Orang dengan penyakit yang lebih serius dapat mengalami ruam dan luka pada wajah dan tangan yang dapat menyebar ke bagian tubuh lainnya. Tidak ada kematian yang dilaporkan dalam wabah saat ini di luar Afrika.

Dr. Rosamund Lewis dari WHO juga mengatakan sementara kasus cacar monyet sebelumnya di Afrika tengah dan barat relatif terkendali, tidak jelas apakah orang dapat menyebarkan cacar monyet tanpa gejala atau apakah penyakit itu mungkin ditularkan melalui udara, seperti campak atau COVID-19.

Monkeypox terkait dengan cacar, tetapi memiliki gejala yang lebih ringan. Setelah cacar dinyatakan diberantas pada tahun 1980, negara-negara menangguhkan program imunisasi massal mereka, sebuah langkah yang beberapa ahli percaya mungkin membantu penyebaran cacar monyet sekarang, karena kini hanya ada sedikit kekebalan yang tersebar luas terhadap penyakit terkait. Vaksin cacar juga memberikan perlindungan terhadap cacar monyet.

Lewis mengatakan juga tidak pasti berapa banyak kekebalan yang masih dimiliki orang yang sebelumnya divaksinasi terhadap cacar, karena itu setidaknya itu telah berlangsung lebih dari empat dekade lalu. 

Hentikan Penyebaran Cacar Monyet

Dia mengatakan prioritas WHO adalah menghentikan penyebaran cacar monyet saat ini sebelum penyakit itu bercokol di wilayah baru. “Jika kita semua bereaksi cepat dan kita semua bekerja sama, kita akan bisa menghentikan ini,” prediksinya. 

“Kami akan dapat menghentikannya sebelum mencapai orang-orang yang lebih rentan dan sebelum ia menjadi pengganti cacar,” tandas Lewis.

Dr Aime Alongo mengatakan bertahannya penyakit cacar monyet di Kongo berkat konsumsi kera dan tikus mati oleh warga. “Warga masuk ke dalam hutan, mengambil bangkai kera, kelelawar, dan tikus yang menjadi reservoir cacar monyet,” imbuh pejabat tersebut seraya mengimbau warga yang memiliki gejala cacar monyet agar segera ke puskesmas untuk mengisolasi diri.

Nigeria, sementara itu, mencatat kematian pertamanya akibat cacar monyet tahun ini pada seorang pasien dengan kondisi medis yang sudah ada/komorbid, menurut laporan badan pengendalian penyakit negara itu Minggu (29/5/2022).

Pusat Pengendalian dan Pencegahan Penyakit Nigeria mengumumkan bahwa pada tahun 2022 telah mengkonfirmasi 21 dari 66 kasus dugaan penyakit tersebut, yang biasanya endemik di Nigeria dan bagian lain Afrika Barat dan Tengah. “Kematian dilaporkan pada pasien berusia 40 tahun yang memiliki penyakit penyerta dan sedang menjalani pengobatan imunosupresif,” kata CDC Nigeria.

Nigeria tidak mengalami wabah cacar monyet sejak September 2017 tetapi terus melaporkan kasus itu secara sporadis. Setidaknya 247 telah dikonfirmasi di 22 dari 36 negara bagian sejak saat itu dengan tingkat kematian 3,6%.

Lonjakan kasus cacar monyet yang dilaporkan di Eropa dan AS telah menimbulkan kekhawatiran di antara negara-negara itu, banyak di antaranya belum mencatat satu kasus penyakit pun selama bertahun-tahun. Lebih dari 250 kasus penyakit telah dilaporkan di lebih dari 20 negara yang biasanya tidak diketahui memiliki wabah, sebut Organisasi Kesehatan Dunia (WHO).

Cacar monyet sebelumnya tidak memicu wabah yang meluas di luar Afrika, tempat endemiknya. Salah satu kasus baru di Inggris tercatat pada seorang pria beberapa hari setelah kedatangannya dari Nigeria pada 4 Mei 2022. Nigeria telah mencatat enam kasus yang dikonfirmasi sejak warga Inggris meninggalkan negara itu.

Dr Ifedayo Adetifa, kepala Pusat Pengendalian Penyakit negara itu, mengatakan kepada The Associated Press tidak ada yang menunjukkan bahwa warga Inggris tertular penyakit di Nigeria dan negara itu tetap siap untuk menanggapi wabah cacar monyet.

“Tantangan terbesar yang kita alami dengan penyakit seperti cacar monyet adalah bahwa penyakit ini jarang terjadi dan risiko yang dirasakan oleh penduduk tentang betapa berbahayanya kondisi ini sangat rendah. Itulah sebabnya kami telah melakukan pelatihan kesadaran dan pelatihan advokasi. untuk meningkatkan tingkat kesadaran petugas kesehatan,” pungkas Adetifa. (BS)