Berandasehat.id – Pakar kesehatan mengatakan kasus cacar monyet yang terdeteksi saat ini tidak selalu menunjukkan gejala yang biasa/khas, membuat penyakit ini lebih sulit untuk didiagnosis.
Pusat Pengendalian dan Pencegahan Penyakit (CDC) AS menekankan bahwa mengidentifikasi kasus sangat penting untuk membatasi penyebaran penyakit.
“Kami telah melihat presentasi cacar monyet yang ringan dan terkadang hanya di area tubuh yang terbatas, yang berbeda dari presentasi klasik yang terlihat di negara-negara endemik di Afrika Tengah Barat,” kata Kepala CDC Rochelle Walensky dalam keterangannya. “Ini telah memicu kekhawatiran bahwa beberapa kasus mungkin tidak dikenali atau tidak terdiagnosis.”

Walensky mendesak peningkatan kewaspadaan di antara anggota profesi medis dan masyarakat pada umumnya.
Kasus cacar monyet saat ini tidak selalu menunjukkan gejala seperti flu, seperti demam, nyeri tubuh, dan pembengkakan kelenjar yang biasanya mendahului munculnya karakteristik ruam penyakit.
Selain itu, sementara ruam ini biasanya muncul di seluruh tubuh, banyak kasus saat ini terbatas pada area tertentu. “Penting untuk diketahui bahwa kasus cacar monyet mungkin mirip dengan beberapa infeksi menular seksual seperti herpes, dan bisa disalahartikan sebagai diagnosis lain,” kata Walensky.
Amerika Serikat kini telah mencatat 45 kasus, tambahnya, dua kali lipat dari minggu lalu. Tidak ada kematian yang dilaporkan. Pada 9 Juni, sekitar 1.300 kasus telah diidentifikasi di seluruh dunia.
Penularan membutuhkan kontak dekat dan lama antara dua orang.
Amerika Serikat secara khusus mengandalkan vaksinasi untuk membendung epidemi. Walensky mengatakan, AS memiliki 100 juta dosis vaksin ACAM2000, tetapi sedang dalam proses mendapatkan dosis vaksin lain yang lebih modern, Jynneos.
“Pada akhir Mei, Amerika Serikat hanya memiliki 1.000 dosis obat yang lebih baru, dibandingkan dengan 72.000 hari ini,” kata Dawn O’Connell dari Departemen Kesehatan.
Sekira 300.000 dosis lainnya diperkirakan akan tiba dalam beberapa minggu mendatang, demikian laporan AFP. (BS)