Berandasehat.id – Gangguan hormon yang umum di antara wanita usia reproduksi telah dikaitkan dengan peningkatan risiko kejadian kardiovaskular (jantung dan pembuluh darah) yang merugikan dan hasil kehamilan pada saat kelahiran, demikian menurut sebuah studi baru yang dipimpin oleh para peneliti Johns Hopkins Medicine.

Sindrom ovarium polikistik (PCOS) mempengaruhi sekitar 5% -13% wanita dalam populasi umum. Ini menyebabkan menstruasi tidak teratur, kelebihan kadar hormon pria (androgen) dan, kadang-kadang, infertilitas. 

Penelitian sebelumnya menunjukkan PCOS terkait dengan risiko penyakit kardiovaskular di masa depan, temuan baru mengungkapkan bahwa PCOS juga dapat secara signifikan meningkatkan masalah jantung di antara wanita hamil selama persalinan. 

Ilustrasi kehamilan (dok. istimewa)

Masalah-masalah ini termasuk preeklamsia (tingkat tekanan darah tinggi yang berbahaya yang melibatkan kerusakan organ), kardiomiopati peripartum (jantung yang lemah atau membesar), gagal jantung, irama jantung yang tidak normal/tidak teratur dan tromboemboli vena (pembekuan darah), dibandingkan dengan wanita tanpa PCOS.

“Acapkali, wanita dengan PCOS sangat khawatir tentang efek langsungnya, seperti siklus menstruasi yang tidak teratur, rambut tubuh berlebih, penambahan berat badan dan jerawat. Namun, komplikasi kardiovaskular jangka panjang juga merupakan masalah serius,” terang Erin Michos, M.D., profesor kedokteran di Fakultas Kedokteran Universitas Johns Hopkins dan penulis studi.

Michos mengatakan studi baru itu harus mendorong wanita dengan PCOS untuk menjalani gaya hidup untuk menunjang jantung sehat sebelum, selama dan setelah kehamilan guna mengurangi risiko yang merugikan.

Untuk studinya, para peneliti menganalisis data yang dikumpulkan pada lebih dari 17 juta kelahiran AS antara tahun 2002 dan 2019 yang diambil dari Sampel Rawat Inap Nasional. Di antara mereka yang melahirkan di rumah sakit, sebanyak 195.675 memiliki PCOS. 

Prevalensi PCOS dan obesitas di antara mereka yang memiliki kelainan hormon meningkat secara signifikan selama masa studi. Jumlah wanita dengan PCOS naik dari 569 per 100.000 persalinan yang dilaporkan pada tahun 2002 menjadi 15.349 per 100.000 persalinan pada tahun 2019. 

Selama periode waktu yang sama, obesitas juga meroket dari 5,7% menjadi 28,2% di antara wanita dengan PCOS. Michos dan rekan mencatat bahwa beberapa peningkatan PCOS mungkin karena deteksi dan diagnosis yang lebih baik.

Setelah disesuaikan dengan usia, ras, kelainan lain yang tidak terkait dengan PCOS, pertanggungan asuransi dan pendapatan, PCOS tetap menjadi alat prediksi (prediktor) independen komplikasi jantung selama persalinan dibandingkan dengan wanita yang tidak memiliki kelainan hormon. 

Komplikasi yang dicatat peneliti termasuk preeklamsia, dengan 56% peningkatan risiko komparatif; gagal jantung, dengan peningkatan risiko 76%; irama jantung abnormal, dengan risiko dua kali lipat lebih tinggi; jantung melemah, dengan risiko 79% lebih tinggi; dan risiko 82% lebih tinggi untuk mengalami pembekuan darah.

Wanita dengan PCOS secara keseluruhan lebih tua (31 berbanding 28) memiliki prevalensi diabetes, obesitas, dan kolesterol tinggi yang lebih tinggi. Studi ini juga menemukan wanita kulit hitam dengan PCOS berada pada risiko yang lebih besar untuk preeklamsia dan hasil yang merugikan lainnya.

“Saat ini, tujuan utamanya adalah untuk mengurangi peningkatan angka kematian di antara wanita hamil di AS, dengan misi mengidentifikasi faktor risiko. Studi kami menunjukkan bahwa PCOS memang merupakan faktor risiko komplikasi jantung akut pada saat melahirkan dan harus ditangani. dianggap serius,” ujar Salman Zahid, M.D., seorang dokter residen di program Residensi Penyakit Dalam Rumah Sakit Umum Rochester di Rochester, New York, dan penulis utama studi tersebut. 

“Kami ingin menekankan pentingnya mengoptimalkan kesehatan kardiovaskular wanita dengan PCOS dengan upaya pencegahan, terutama wanita kulit hitam dan kelompok sosial ekonomi rendah karena kami percaya bahwa mereka adalah populasi yang paling rentan dan akan mendapat manfaat paling banyak dari intervensi semacam itu,” imbuh Salman Zahid.

PCOS Genjot Risiko Penumpukan Plak Pembuluh Darah

Dalam meta-analisis terpisah (analisis yang menggabungkan beberapa penelitian) yang diterbitkan 16 Mei di Journal of Women’s Health, Michos dan rekan-rekannya menemukan bahwa wanita dengan PCOS dua kali lebih mungkin untuk memiliki kalsifikasi arteri koroner (CAC), penanda subklinis. aterosklerosis (indikator awal aterosklerosis, penumpukan lemak dan kolesterol di dinding arteri). 

Perlu diketahui, CAC terjadi ketika plak menumpuk di arteri dan menjadi kalsifikasi. Ini adalah penanda aterosklerosis – bahkan tanpa gejala – dan prediktor risiko penyakit kardiovaskular yang andal.

Wanita dengan PCOS juga berada pada peningkatan risiko dislipidemia (ketidakseimbangan lipid), diabetes tipe 2, hipertensi dan penyakit jantung. 

Michos mengatakan mendeteksi CAC sejak dini pada wanita dengan PCOS adalah kunci untuk mencegah risiko penyakit kardiovaskular di masa depan.

“Temuan ini menunjukkan bahwa kalsium koroner harus dipertimbangkan sebagai faktor risiko penyakit jantung bagi wanita di atas 40 tahun,” kata Michos. 

Apakah wanita dengan PCOS membutuhkan statin? Michos menyebut, apabila mereka memiliki kalsium koroner yang menunjukkan aterosklerosis, maka mereka membutuhkannya. “Ini berpotensi menjadi alat untuk membuat stratifikasi PCOS,” imbuhnya.

Michos menekankan kedua penelitian ini bersama-sama menyoroti risiko kardiovaskular yang terkait dengan PCOS, baik selama kehamilan dan jangka panjang. “Skrining faktor risiko kardiovaskular tetap penting pada populasi pasien ini, tetapi pengurangan risiko kardiovaskular dapat dicapai dengan kombinasi pilihan gaya hidup sehat dan terapi obat, bila diindikasikan, untuk pencegahan,” pungkasnya.

Studi teranyar ini diterbitkan di Journal of American Heart Association, 16 Juni 2022. (BS)