Berandasehat.id – Pandemi Covid-19 yang telah berlangsung dua tahun lebih menyisakan masalah yang tak kalah serius dibanding penyakit yang ditimbulkan oleh virus corona: Data Kementerian Kesehatan RI menyebut sekitar 1,7 juta anak Indonesia belum mendapatkan imunisasi dasar lengkap selama pandemi, dengan jumlah terbanyak di Jawa Barat, Aceh, Sumatera Utara, Riau, Sumatera Barat dan DKI Jakarta. 

Padahal, pemberian imunisasi dasar seperti hepatitis B, BCG, polio, pertusis, difteri, campak, tetanus, dan rubella terbukti dapat melindungi anak-anak dari penyakit berbahaya tersebut. 

Disampaikan Direktur Jenderal Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Kementerian Kesehatan DR. dr. Maxi Rein Rondonuwu, pemerintah telah menyusun 3 strategi untuk menggalakkan imunisasi rutin pada anak guna memberikan perlindungan dari Kejadian Luar Biasa Penyakit yang Dapat Dicegah Dengan Imunisasi (PD3I).

Ilustrasi imunisasi anak (dok. istimewa)

“Pemerintah menambah tiga jenis imunisasi rutin pada anak dari sebelumnya 11 antigen menjadi 14 antigen, digitalisasi data imunisasi, dan imunisasi anak akan dilakukan melalui undangan di aplikasi,” ujar Maxi Rein dalam temu media bertajuk ‘Ayo Sukseskan Bulan Imunisasi Anak Indonesia (BIAN) 2022’ yang digelar secara virtual, Selasa (28/6/2022). “Dengan demikian, kita berharap cakupan imunisasi dapat diperluas.”

Guna menggenjot capaian vaksinasi, Kementerian Kesehatan RI telah mencanangkan Bulan Imunisasi Anak Nasional (BIAN) 2022 di pertengahan Mei 2022. Untuk mendorong kegiatan itu, Kementerian Kesehatan RI, bekerja sama dengan Perhimpunan Alergi Imunologi Indonesia (PERALMUNI) dan dukungan Vaccines di Sanofi Indonesia.

Maxi Rein menambahkan, pelaksanaan BIAN 2022 sangat penting terhadap pencapaian target eliminasi campak- rubella/Congenital Rubella Syndrome (CRS) pada tahun 2023, serta mempertahankan Indonesia Bebas Polio dan mewujudkan Dunia Bebas Polio pada tahun 2026 serta mencegah terjadinya PD3I lainnya.

BIAN dilaksanakan secara serentak dalam 2 tahap. Tahap pertama dilakukan mulai pertengahan Mei 2022 bagi seluruh provinsi di pulau Sumatera, Kalimantan, Sulawesi, Nusa Tenggara, Maluku dan Papua. Tahap kedua dilaksanakan mulai Agustus 2022 bagi provinsi di pulau Jawa dan provinsi Bali.

Pada pelaksanaan BIAN tahap 1 Mei silam, pemerintah berhasil memberikan imunisasi kepada 11,1 juta anak. Dikatakan, daerah dengan persentase anak yang telah menerima imunisasi terbanyak adalah Lampung. Imunisasi di daerah lain masih terus dilakukan hingga saat ini.

Kesempatan sama, Plt. Direktur Pengelolaan Imunisasi Kemenkes RI dr. Prima Yosephine, menambahkan, berdasarkan buletin data imunisasi per 9 Mei 2022, menunjukkan kesenjangan yang semakin besar antara target Imunisasi Dasar Lengkap (IDL) dengan Cakupan IDL pada Januari-Desember 2021, yaitu sebesar 9,8%. “Ini artinya jumlah cakupan lebih sedikit dari target imunisasi nasional. Ini menjadi hal yang perlu diwaspadai,” tuturnya. 

Prima lebih lanjut menyampaikan, di awal tahun 2022 kasus campak dan rubella yang dikonfirmasi laboratorium meningkat lebih 15 kali lipat dibandingkan keadaan pada periode yang sama di tahun 2021. Demikian juga kasus suspek difteri pada minggu pertama sampai minggu ke 18 tahun 2022 meningkat 60% dibanding periode yang sama di tahun 2021. 

Oleh karenanya, sebut Prima, pelaksanaan BIAN harus berhasil mencapai target 95% untuk imunisasi tambahan campak dan rubella dan target 80% untuk imunisasi kejar OPV, IPV dan DPT-HB –Hib. “Tujuannya agar kita dapat meningkatkan imunitas anak-anak kita dan menutup gap (kesenjangan/celah) imunitas yang terjadi. Sehingga kita berhasil menekan kejadian PD3I dan juga berhasil mematahkan penularannya,” bebernya.

Program BIAN 2022 memiliki sasaran pelaksanaan. Pertama, imunisasi tambahan campak rubella diberikan untuk anak umur 9 bulan sampai dengan kurang dari 12. Selanjutnya, melengkapi imunisasi polio dan DPT – HB – Hib bagi anak umur 12 sampai dengan 59 bulan. “Khusus Provinsi Aceh, Sumatera Utara, Sumatera Barat, Riau dan Kepulauan Riau sampai kurang dari 15 tahun,” tandas Prima.(BS)