Berandasehat.id – Tidur dengan lampu menyala memicu kenaikan berat badan yang dapat memicu kegemukan/obesitas. Dalam sampel pria dan wanita lansia usia 63 hingga 84 tahun diperoleh hasil mereka yang terpapar cahaya dalam jumlah berapa pun saat tidur di malam hari secara signifikan lebih mungkin mengalami obesitas, terkena tekanan darah tinggi dan diabetes dibandingkan dengan orang dewasa yang tidak terpapar cahaya terang apa pun pada malam hari, lapor sebuah studi baru di Northwestern Medicine yang dipublikasikan di jurnal Sleep edisi 22 Juni 2022.

Ini adalah studi dunia nyata (bukan eksperimental) yang menunjukkan prevalensi paparan cahaya apa pun di malam hari yang dikaitkan dengan obesitas yang lebih tinggi, tekanan darah tinggi (dikenal sebagai hipertensi) dan diabetes di antara orang dewasa yang lebih tua.

Paparan cahaya diukur dengan perangkat yang dikenakan di pergelangan tangan dan dilacak selama tujuh hari.

Ilustrasi tidur malam (dok. istimewa)

“Apakah itu cahaya dari smartphone, membiarkan TV menyala semalaman atau polusi cahaya di kota besar, kita hidup di antara banyak sumber cahaya buatan yang tersedia 24 jam sehari,” kata penulis studi Dr. Minjee Kim, asisten profesor neurologi di Fakultas Kedokteran Universitas Northwestern Feinberg dan seorang dokter di Northwestern Medicine.

“Orang dewasa yang lebih tua sudah berisiko lebih tinggi untuk diabetes dan penyakit kardiovaskular, jadi kami ingin melihat apakah ada perbedaan frekuensi penyakit ini terkait dengan paparan cahaya di malam hari,” imbuh Minjee Kim.

Peneliti studi terkejut menemukan bahwa kurang dari setengah dari 552 peserta studi secara konsisten memiliki periode kegelapan total selama lima jam per hari. Peserta lainnya terpapar cahaya bahkan selama periode lima jam tergelap mereka dalam sehari, yang biasanya di tengah tidur di malam hari.

Karena ini adalah studi ‘cross-sectional’, peneliti tidak tahu apakah obesitas, diabetes, dan hipertensi menyebabkan orang tidur dengan lampu menyala, atau jika lampu berkontribusi pada perkembangan kondisi ini. 

Studi cross-sectional merupakan  jenis penelitian observasional yang menganalisis data variabel yang dikumpulkan pada satu titik waktu tertentu di seluruh populasi sampel atau subset yang telah ditentukan.

Individu dengan kondisi ini mungkin lebih cenderung menggunakan kamar mandi di tengah malam (dengan lampu menyala) atau mungkin memiliki alasan lain untuk tetap menyalakan lampu. Seseorang dengan kaki mati rasa karena diabetes mungkin ingin menyalakan lampu malam untuk mengurangi risiko jatuh.

“Penting bagi orang untuk menghindari atau meminimalkan jumlah paparan cahaya saat tidur,” kata salah satu penulis senior Dr. Phyllis Zee, kepala terapi tidur di Feinberg dan dokter Northwestern Medicine.

Peserta Studi

Para peserta studi awalnya terdaftar di Chicago Heart Association Detection Project in Industry (CHA), sebuah program kesehatan masyarakat dan studi epidemiologi yang dilakukan pada tahun 1967-1973 untuk mengidentifikasi orang dewasa yang berisiko tinggi untuk penyakit jantung di tempat kerja di seluruh wilayah Chicago. Penelitian ini mencakup pemeriksaan rinci faktor risiko penyakit jantung yang diketahui.

Hampir 40 tahun kemudian (2007-2010), Zee dan Dr. Martha Daviglus, sekarang asisten profesor kedokteran pencegahan di Feinberg, melakukan studi terpisah (“Chicago Healthy Aging Study (CHAS)”) dengan 1.395 orang yang selamat dari studi CHA asli yang setuju untuk berpartisipasi. 

Mereka menjalani pemeriksaan rinci lain dari tekanan darah, berat badan, tinggi badan, kolesterol, glukosa dan faktor risiko lain yang diketahui untuk penyakit jantung. Selain itu, mereka mengenakan perangkat actigraphy di pergelangan tangan yang tidak dominan selama tujuh hari dan mengisi buku harian tidur setiap hari. 

Sedikit lebih dari setengah perangkat actigraphy yang digunakan memiliki kapasitas untuk mengukur cahaya, yang merupakan dasar dari studi baru ini.

Zee dan rekan sedang mempertimbangkan studi intervensi untuk menguji apakah pemulihan siklus terang-gelap alami meningkatkan hasil kesehatan seperti kognisi.

Zee menawarkan tips untuk mengurangi cahaya saat tidur:

1. Jangan menyalakan lampu

Jika perlu menyalakan lampu (yang mungkin diinginkan orang dewasa yang lebih tua untuk keamanan), buatlah lampu redup yang lebih dekat ke lantai.

2. Hindari cahaya putih dan biru

Cahaya kuning atau merah/oranye kurang merangsang otak. Jangan gunakan cahaya putih atau biru dan jauhkan dari orang yang sedang tidur.

3. Kenakan masker mata

Nuansa gelap atau masker mata baik dikenakan bila tidak dapat mengontrol cahaya luar ruangan. Pindahkan tempat tidur agar cahaya luar tidak menyinari wajah secara langsung, demikian dilaporkan Healthday. (BS)

Advertisement