Berandasehat.id – Hipertensi pulmonal atau hipertensi paru mungkin jarang terdengar. Namun faktanya sekitar 1% dari populasi orang dewasa global menderita hipertensi pulmonal (PH). Di antara bentuk penyakit, hipertensi arteri pulmonal idiopatik (IPAH) merupakan penyakit yang jarang tetapi sangat parah. Istilah ‘idiopatik’ berarti bahwa tidak ada penyebab nyata dari penyakit ini.
Sebuah kelompok studi yang dipimpin oleh Departemen Pneumologi di Hannover Medical School (MHH) telah menentukan bahwa merokok mungkin memainkan peran kausal dalam pengembangan bentuk IPAH yang sangat parah. Para peneliti sampai pada kesimpulan ini dengan menganalisis data dari dua pendaftar hipertensi pulmonal. Karya ilmiah tersebut telah diterbitkan di jurnal The Lancet Respiratory Medicine.
Pada hipertensi pulmonal, tekanan darah di paru meningkat secara tidak normal. Orang yang menderita penyakit jantung atau paru kronis berpeluang terkena masalah ini. Gejala khas dari semua bentuk hipertensi pulmonal adalah peningkatan sesak napas selama aktivitas fisik.

Untuk studinya, para peneliti menggunakan data dari register hipertensi pulmonal COMPERA, salah satu register terbesar dari jenisnya di seluruh dunia, dan dari register hipertensi pulmonal Inggris ASPIRE. Studi dipimpin oleh Profesor Dr. Marius Hoeper, Wakil Direktur Departemen Pneumologi.
Untuk penelitian ini, tim membandingkan tiga kelompok pasien yang berbeda. Kelompok pertama terdiri dari pasien dengan IPAH yang merokok berat sepanjang hidup mereka dan yang disebut kapasitas difusi, faktor penentu untuk pengambilan oksigen dari alveoli ke dalam pembuluh paru, sangat terbatas.
Kelompok kedua terdiri dari orang-orang dengan bentuk klasik IPAH tanpa kapasitas difusi yang sangat terganggu. Kelompok ketiga terdiri dari orang-orang yang telah mengembangkan hipertensi pulmonal sebagai bagian dari penyakit paru-paru seperti COPD, emfisema atau fibrosis paru.
“Kami menemukan bahwa kelompok perokok dengan kapasitas difusi yang sangat terbatas mirip dengan kelompok dengan hipertensi pulmonal dalam konteks penyakit paru dalam hampir semua hal penting,” jelas Profesor Hoeper. “Ini termasuk distribusi usia dan jenis kelamin, respons yang buruk terhadap terapi obat dan harapan hidup.”
Di sisi lain, pasien ini berbeda secara signifikan dari kelompok IPAH klasik, yang didominasi usia lebih muda, menanggapi lebih baik terapi obat dan memiliki harapan hidup yang lebih lama secara signifikan.
Tim peneliti menyimpulkan bahwa pasien dengan diagnosis IPAH dan riwayat merokok, serta kapasitas difusi yang sangat terganggu, harus dibedakan dari kelompok dengan IPAH klasik.
“Hasil penelitian mendukung hipotesis bahwa merokok dapat menyebabkan kerusakan langsung dan parah pada pembuluh paru,” jelas Profesor Hoeper.
Selain itu, temuan menunjukkan bahwa jenis kerusakan ini juga terjadi pada pasien yang tidak memiliki “paru perokok” yang khas. Di satu sisi, data tersebut relevan karena membuktikan penyebab hipertensi pulmonal/paru yang dapat dicegah.
Di sisi lain, temuan ini penting karena membantu dokter untuk lebih memahami dan mengklasifikasikan penyakit. “Temuan ini akan berdampak besar pada pelaksanaan studi di masa depan, dan akan membantu kami untuk memberikan saran yang lebih baik dan terapi yang lebih bertarget kepada penderita di masa depan,” tandas Profesor Hoeper seperti dilaporkan MedicalXpress. (BS)