Berandasehat.id – Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) mengungkap jumlah kasus virus corona baru yang dilaporkan di seluruh dunia naik untuk minggu kelima berturut-turut sementara jumlah kematian tetap relatif stabil.
Dalam tinjauan mingguan badan kesehatan PBB tentang pandemi COVID-19, Kamis (14/7/2022), WHO mengatakan ada 5,7 juta infeksi baru yang dikonfirmasi minggu lalu, menandai peningkatan 6%. Ada 9.800 kematian, kira-kira mirip dengan angka minggu sebelumnya.
Awal pekan ini, Direktur Jenderal WHO Tedros Adhanom Ghebreyesus mengatakan pandemi masih memenuhi syarat sebagai darurat global dan dia mengaku khawatir tentang lonjakan baru-baru ini.

“Virus ini berjalan bebas, dan negara-negara tidak secara efektif mengelola beban penyakit,” kata Tedros dalam temu media baru-baru ini dilansir dari AP. “Gelombang baru virus menunjukkan bahwa COVID-19 belum berakhir.”
Dalam dua minggu terakhir, kasus COVID-19 yang dilaporkan ke WHO melonjak 30%, sebagian besar didorong oleh kerabat Omicron yang sangat menular, BA.4 dan BA.5. Dua subvarian Omicron telah menunjukkan kemampuan yang mengkhawatirkan untuk menginfeksi kembali orang yang sebelumnya divaksinasi atau yang telah pulih dari COVID.
Menurut WHO, peningkatan terbesar dalam kasus COVID-19 terlihat di Pasifik Barat dan Timur Tengah, di mana kasus melonjak lebih dari seperempat. Kematian melejit 78% di Timur Tengah dan 23% di Asia Tenggara, sementara turun di tempat lain atau tetap stabil.
WHO mengatakan bahwa program pengawasan dan pengujian COVID-19 yang dilonggarkan di banyak negara telah memperumit upaya untuk melacak virus dan untuk menangkap varian baru yang berpotensi berbahaya.
Di AS, varian Omicron baru telah mendorong rawat inap dan kematian dalam beberapa pekan terakhir. Hal ini membuat beberapa kota dan negara bagian untuk memikirkan kembali pendekatan mereka. Koordinator COVID-19 Gedung Putih Dr. Ashish Jha, selama penampilan TV menyerukan suntikan penguat dan kewaspadaan baru terhadap virus.
Tim respons Gedung Putih juga telah mendesak semua orang dewasa berusia 50 tahun ke atas untuk segera mendapatkan booster jika mereka belum melakukannya tahun ini. (BS)