Berandasehat.id – Penyakit metabolik, yang paling umum adalah diabetes, mengganggu metabolisme normal, atau proses pengubahan makanan menjadi energi pada tingkat sel.  Sementara penelitian sebelumnya di bidang ini telah mengeksplorasi peran tanda epigenetik pada obesitas secara keseluruhan menggunakan indeks massa tubuh (BMI), penumpukan lemak perut jauh di dalam perut diketahui menjadi faktor risiko yang lebih besar untuk penyakit metabolik daripada BMI saja.

Perubahan yang terjadi dalam tubuh sebagai respons terhadap peningkatan lemak perut telah diteliti sebagai bagian dari studi TwinsUK yang menawarkan wawasan baru tentang penyebab penyakit metabolik.

Studi yang dipimpin oleh peneliti King Dr. Jordana Bell dan Colette Christiansen dan diterbitkan di jurnal medis Genome Medicine, melihat bagaimana tanda epigenetik (ukuran bagaimana tubuh manusia membaca DNA untuk mempengaruhi cara kerja gen) dalam jaringan lemak berubah seiring dengan terakumulasinya lemak perut.

Ilustrasi lemak perut (dok. istimewa)

Menggunakan sampel dari 538 peserta TwinsUK dan menggabungkan genetik, fungsi gen, diet/pola makan, dan data kesehatan, para peneliti memeriksa tanda epigenetik di seluruh genom (set lengkap materi genetik seseorang) dan menemukan sembilan gen yang sangat relevan dengan risiko penyakit metabolik. Di antaranya adalah gen di mana perubahan epigenetik yang diidentifikasi diakui sebagai mekanisme potensial di mana pola makan dapat mempengaruhi akumulasi lemak perut, serta tanda epigenetik lainnya yang menerjemahkan efek risiko genetik pada kesehatan metabolisme.

Temuan ini juga memungkinkan para peneliti untuk mengkarakterisasi perubahan molekuler yang terjadi karena peningkatan lemak perut dan dampak perubahan ini pada fungsi gen dan resistensi insulin.

“Dengan meningkatnya obesitas secara pesat di seluruh dunia, penting bagi kita untuk memahami bagaimana peningkatan lemak tubuh mempengaruhi tingkat molekuler dan bagaimana hal ini diterjemahkan menjadi risiko penyakit metabolik,” kata Dr. Bell. “Studi kami membawa selangkah lebih dekat ke tujuan ini dengan mengidentifikasi tanda epigenetik dari kelebihan lemak perut, memahami pemicu genetik dan makanannya, dan mengkarakterisasi dampak fungsionalnya serta konsekuensi klinis untuk resistensi insulin.”

Berdasarkan hasil penelitian, para peneliti juga mengembangkan alat prediksi epigenetik dari resistensi insulin, menghubungkan temuan mereka dengan konsekuensi klinis dari peningkatan lemak perut.

Colette Christiansen, Ph.D. peneliti di School of Life Course & Population Sciences mengatakan sangat menarik untuk melihat bahwa ketika kita menggabungkan banyak lapisan informasi biologis yang berbeda, kita dapat mulai mengungkap mekanisme yang mendorong keadaan kesehatan biologis, dilaporkan MedicalXpress. (BS)

Advertisement