Berandasehat.id – Kasus monkeypox alias cacar monyet merangkak naik di sejumlah wilayah global, memunculkan kekhawatiran dengan kian meluasnya penularan. Banyak orang yang belum memahami penyakit ini, sebagian besar kebingungan disebabkan oleh misteri seputar wabah cacar monyet tahun ini, menurut Dr. John Esin, direktur medis untuk departemen pengobatan darurat di Rumah Sakit Jackson Memorial di Miami.
Dalam sebulan terakhir, Esin telah melihat setidaknya 20 kasus cacar monyet yang dikonfirmasi. Lantas, bagaimana cara kita menyaring fakta dan fiksi monkeypox? Esin memberikan panduan sebagai berikut dirangkum dari laman Miami Herad:

Apakah cacar monyet merupakan penyakit menular seksual?
“Monkeypox telah ada selama enam dekade tetapi tidak pernah dianggap sebagai penyakit menular seksual,” kata Esin. Penyakit menular seksual terutama menyebar melalui hubungan seksual, tetapi ada yang bisa ditularkan tanpa melalui hubungan seks. HIV dapat menyebar melalui berbagi jarum suntik. Sifilis dapat menyebar melalui ciuman. Trikomoniasis dapat menyebar melalui berbagi handuk.
“Bisa dimengerti mengapa kebanyakan orang berpikir seperti itu,” kata Elis. “Berdasarkan pengetahuan medis yang kami miliki saat ini, saya sangat percaya bahwa cacar monyet bukanlah infeksi menular seksual.”
Studi yang dilakukan di Eropa telah menemukan virus dalam air mani dan air liur, kata Esin. Tetapi tidak ada penelitian yang mengidentifikasi air mani sebagai penyebab wabah.
Bagaimana monkeypox menyebar?
Penyebaran cacar monyet memiliki unsur misteri. Virus dapat menyebar melalui cairan tubuh, kontak kulit-ke-kulit, luka/lesi dan permukaan dan benda yang terkontaminasi, kata Esin. Misalnya, seseorang dengan cacar monyet yang bersin dan menyentuh gagang pintu atau meja dapat menginfeksi orang yang kemudian menyentuh permukaan tersebut. Sejauh ini, virus tersebut belum terbukti menyebar melalui udara.
Apakah hanya pria gay yang terpengaruh?
Sebanyak 99 persen kasus di luar daerah endemi terjadi pada pria, kata Esin. Semua kecuali 1% kasus terjadi pada pria yang berhubungan seks dengan pria. Kasus-kasus AS juga mengikuti tren ini. “Tapi virus ini bisa menyerang siapa saja,” ujarnya.
Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) telah menyarankan pria yang berisiko terkena cacar monyet untuk mempertimbangkan mengurangi pasangan mereka. Esin mengatakan beberapa orang mungkin melihat tindakan kesehatan masyarakat ini sebagai konfirmasi bahwa cacar monyet adalah ‘penyakit gay’ dan mungkin menggunakannya untuk menjelekkan komunitas LGBT.
“Stigmatisasi juga sangat berbahaya,” katanya. “Dan kita harus sadar bahwa kita pernah menempuh jalan ini sebelumnya.”
Retorika saat ini mencerminkan awal epidemi HIV/AIDS, kata Esin. Tetapi komunitas medis memanfaatkan kesalahan masa lalu dan mulai menghilangkan kesalahpahaman.
Kenyataannya, kata dia, virus tersebut dapat menginfeksi siapa saja di rumah tangga, termasuk anak-anak, yang menjadi fokus misinformasi cacar monyet. Dan mereka dapat tertular virus dengan menggunakan barang-barang dasar seperti handuk atau seprai yang pernah kontak dengan pasien positif.
“Jika kita memfokuskan seluruh energi kita pada sekelompok orang tertentu, kita lupa bahwa kelompok yang kita fokuskan itu, anggota keluarga kita, teman-teman kita, [orang-orang] yang bekerja dengan kita, mereka tidak hanya tinggal di komunitas itu,” terangnya.
Seperti apa gejala cacar monyet?
Dalam kurun 5 hingga 21 hari setelah infeksi, orang mengalami gejala awal seperti sakit kepala parah, demam, sakit punggung, nyeri otot dan pembengkakan kelenjar getah bening, kata Dr. Aileen Marty, profesor penyakit menular di Departemen Kedokteran di Fakultas Kedokteran Herbert Wertheim Universitas Internasional Florida.
Gejala-gejala ini berlangsung satu hingga tiga hari sebelum ruam muncul. “Namun, ruam yang dilaporkan dalam wabah ini berbeda dari yang sebelumnya,” kata Marty. “Ruam terkait cacar monyet biasanya mulai di wajah, telapak tangan atau telapak kaki.”
“Dalam wabah ini, lesi pertama muncul di selangkangan, dan [gejala awal] tidak separah atau menonjol,” imbuh Marty.
Apakah vaksin cacar monyet aman?
“Profesional medis telah membiasakan diri dengan cacar monyet sejak wabah baru-baru ini,” kata Esin.
Virus terdekat yang pernah mereka tangani adalah cacar, yang sebagian besar diobati dari tahun 50-an hingga 70-an. Vaksin yang tersedia dirancang dan disetujui untuk memerangi cacar dan cacar monyet. Tidak ada efek samping yang dilaporkan, dan data tentang efektivitas akan datang seiring waktu.
Vaksin cacar monyet sedang ditawarkan tetapi terbatas pada kelompok berisiko tinggi. Menurut Pusat Pengendalian dan Pencegahan Penyakit AS (CDC), risiko tinggi didefinisikan sebagai sebagai berikut: Mereka berada di daerah dengan kasus yang diketahui yang memiliki banyak pasangan seksual dalam dua minggu terakhir; Mereka yang memiliki pasangan seksual didiagnosis menderita cacar monyet dalam dua minggu terakhir; Siapa saja yang mungkin terkena penyakit, seperti petugas kesehatan dan laboratorium; dan mereka yang berisiko terkena penyakit parah, seperti orang dengan HIV atau kondisi lain yang menyebabkan mereka mengalami gangguan kekebalan.
Bagaimana cara terbaik untuk melindungi diri dari monkeypox?
“Mencegah cacar monyet bisa sesederhana mencuci tangan,” kata Esin. Setiap orang juga harus menghindari menyentuh permukaan dan menggunakan pakaian atau selimut yang mungkin dipakai orang yang terinfeksi. Dan dengan COVID yang masih ada di sekitar kita, memakai masker di depan umum tidak ada salahnya.
Membatasi kontak kulit-ke-kulit, berpelukan dan berciuman, merupakan bagian integral untuk mencegah infeksi, lanjut Esin. “Pendidikan dan kesadaran bahwa monkeypox sudah menjadi darurat medis, darurat kesehatan masyarakat itu penting,” katanya. “Ada etiket perilaku tertentu yang harus kita patuhi.” (BS)