Berandasehat.id – Ada kabar baik terkait dengan deteksi kanker. Sebuah tes darah tunggal yang dapat menyaring lebih dari 50 jenis kanker tampaknya bekerja cukup baik di dunia nyata, demikian ungkap sebuah studi pendahuluan.
Para peneliti menemukan bahwa lebih dari 6.600 orang yang tampaknya sehat berusia 50 dan lebih tua,ada kemungkinan sinyal kanker sekitar 1 persen yang diperoleh dari deteksi melalui tes darah. Ketika orang-orang itu menjalani tes yang lebih ekstensif, kanker dikonfirmasi mencapai 38%.
Para ahli menyebut temuan itu sebagai langkah pertama yang penting dalam melihat bagaimana tes deteksi dini multi-kanker bisa masuk ke dalam perawatan dunia nyata.
“Namun ini belum siap untuk diluncurkan,” tegas rekan penulis studi Catherine Marinac, seorang peneliti di Dana-Farber Cancer Institute di Boston. “Tetapi jika penelitian lebih lanjut mengkonfirmasi kegunaan tes darah, hal itu bisa menjadi pengubah permainan.”
Temuan ini berasal dari sebuah penelitian yang disebut Pathfinder, yang sedang dijalankan di beberapa institusi medis di seluruh Amerika Serikat untuk mengevaluasi tes darah Galleri. Ini adalah salah satu dari sejumlah tes darah yang dikembangkan oleh berbagai perusahaan, yang semuanya bertujuan untuk menyediakan skrining “satu atap” untuk beberapa jenis kanker.

Tes Galleri dapat menyaring lebih dari 50 jenis tumor, termasuk banyak yang saat ini tidak memiliki tes skrining rutin, seperti kanker pankreas, hati, dan ovarium.
Tapi sementara itu mungkin terdengar seperti peluru ajaib, ada ‘jebakan’ untuk setiap skrining kanker. Salah satunya adalah risiko hasil positif palsu yang mengarah ke pengujian lebih lanjut, mungkin invasif, hanya untuk menemukan bahwa tidak ada kanker, sementara biaya sudah banyak dikeluarkan untuk itu, termasuk kecemasan psikologis.
Marinac mengatakan penting untuk mempelajari tidak hanya seberapa baik kinerja tes deteksi dini multi-kanker, tetapi apa yang terjadi ketika hal itu menjadi bagian dari perawatan dunia nyata. “Dan pada akhirnya, tes skrining perlu menyelamatkan nyawa. Dibutuhkan lebih banyak penelitian untuk menunjukkan apakah kanker yang terdeteksi oleh tes darah ini cenderung tidak mematikan,” tuturnya.
Tes Galleri dibuat oleh GRAIL, sebuah perusahaan biotek California yang mendanai studi Pathfinder. Galleri dan tes serupa yang sedang dikembangkan bekerja pada premis dasar: Mereka mencari “sinyal” biologis bahwa kanker mungkin ada, seperti potongan DNA yang ‘ditumpahkan’ oleh sel kanker ke dalam aliran darah.
Tes darah juga dapat memprediksi di bagian tubuh mana potensi ancaman berada, sehingga dokter dapat memutuskan pilihan tes lanjutan, seperti pencitraan, endoskopi, atau biopsi, yang harus digunakan.
Temuan saat ini didasarkan pada lebih dari 6.600 orang dewasa berusia 50 tahun ke atas tanpa kanker yang diketahui. Lebih dari 1% dinyatakan positif pada tes Galleri, dan 38% dari mereka akhirnya didiagnosis menderita kanker.
Dari semua pasien dengan tes darah positif, lebih dari 90% menjalani lebih dari satu tes pencitraan, sementara setengahnya menjalani lebih dari satu tes invasif—meskipun banyak di antaranya dilakukan pada orang yang ternyata mengidap kanker.
Pengembaraan diagnostik, sebu Marinac, lebih lama bagi orang-orang yang pada akhirnya tidak didiagnosis menderita kanker. “Dalam kasus tersebut, dokter biasanya ragu-ragu untuk menghentikan pemeriksaan diagnostik setelah tes awal tidak menunjukkan adanya kanker,” ujarnya.
Jadi untuk pasien tersebut, “resolusi” diagnostik membutuhkan waktu rata-rata 79 hari—artinya setengahnya harus menunggu lebih lama.
Yang penting, para peneliti menemukan, ketika tes darah menunjukkan tidak ada kanker, kebenarannya mencapai 99%, menurut studi yang hasilnya dipresentasikan di pertemuan Masyarakat Eropa untuk Onkologi Medis di Paris. Studi yang dirilis pada pertemuan umumnya dianggap pendahuluan sampai diterbitkan dalam jurnal peer-review.
“Ini adalah teknologi yang sangat menarik,” kata Dr. Ruth Oratz, ahli onkologi medis di NYU Langone Perlmutter Cancer Center di New York City.
Oratz, yang tidak terlibat dalam penelitian tersebut, mengatakan akan sangat mengesankan untuk menyaring banyak kanker dengan satu pengambilan darah. “Tapi, kita belum sampai di sana,” ujarnya.
Oratz mengatakan skrining kanker itu kompleks, bergantung pada faktor risikonya, beberapa orang perlu memulai skrining lebih cepat, atau memiliki jenis tes yang lebih sering atau berbeda, misalnya.
Marinac mengakui, belum jelas siapa yang harus diskrining dengan tes deteksi dini multi-kanker, seberapa sering itu perlu dilakukan, atau apakah frekuensi harus bervariasi tergantung pada faktor risiko orang.
Kedua ahli menekankan bahwa orang-orang harus melanjutkan tes skrining yang ada untuk penyakit seperti kanker payudara, serviks dan usus besar.
Sejauh ini tidak ada tes deteksi dini multi-kanker yang disetujui oleh Badan Pengawas Obat dan Makanan AS (FDA). Galleri tersedia untuk dipesan oleh dokter, sebagai tes yang dikembangkan di laboratorium—yang secara historis tidak diatur oleh FDA, menurut Institut Kanker Nasional AS.
Tetapi pasien kemungkinan harus membayar untuk tes, dan mungkin tes diagnostik apa pun yang digunakan untuk menindaklanjuti hasil positif, demikian laporan Healthday. (BS)