Berandasehat.id – Muda dan atletis bukanlah kata sifat yang sering disebutkan dalam kalimat yang sama dengan operasi vaskular, tapi itulah hal ‘gila’ tentang sindrom outlet toraks (thoracic outlet syndrome). Mengapa disebut demikian? Pasalnya penyakit ini kerap menyerang orang-orang muda, sering kali pasien berusia 20-an dan 30-an tahun, dan penyebab umum penyakit pembuluh darah seperti diabetes, kolesterol tinggi, dan tekanan darah tinggi yang tidak ambil peran.

Atlet profesional, misalnya pelempar bisbol Liga Utama, seperti mantan pelempar New York Mets Matt Harvey, kadang-kadang didiagnosis dengan sindrom outlet toraks. 

Gangguan ini bisa salah didiagnosis – yang sangat mengkhawatirkan – mengingat taruhannya tinggi. Beberapa bentuk sindrom outlet toraks dapat menyebabkan kerusakan permanen. Dalam kasus ekstrem, seseorang bisa kehilangan lengan karena gangguan aliran darah.

Dua ahli bedah dari Penn State Heart and Vascular Institute, Dr. Tarik Ali dan Dr. Maria Castello Ramirez, menjelaskan penyakit sindrom outlet toraks, tanda-tanda peringatannya, dan kapan seseorang harus mencari bantuan, dirangkum dari laman MedicalXpress berikut ini:

Ilustrasi thoracic outlet syndrome (dok. istimewa)

Apa itu sindrom outlet toraks?

Di dasar leher setiap orang, ada ruang untuk sekumpulan saraf, arteri, dan vena. “Pada beberapa orang, area itu tidak menawarkan cukup ruang untuk ketiganya,,” kata Ali. 

Atau ruang menjadi tidak cukup ketika seorang atlet sering menggunakan otot-otot di bahu dan leher, dan otot-otot itu tumbuh. Semuanya menjadi terjepit, dan di situlah masalahnya dimulai.

“Itu datang dalam tiga rasa,” timpal Castello Ramirez.

“Kebanyakan orang, sebanyak 90% pasien sindrom outlet toraks, mendapatkan versi penyakit neurogenik, di mana hanya pleksus saraf yang terjepit,” ujar Ali. Akibatnya, orang datang dengan gejala lengan seperti nyeri dan mati rasa. Akhirnya gangguan tersebut bisa berujung melemahkan penderitanya.

Dua lainnya, vena dan arteri, terjadi ketika vena atau arteri tertekan. Kondisi tersebut lebih serius dan biasanya memerlukan pembedahan.

Bagaimana mekanisme kerjanya?

Baik versi vena dan arteri dari sindrom outlet toraks dapat mempengaruhi aliran darah. Dalam kasus vena, gumpalan darah bisa berkembang: Penyumbatan menyebabkan pembengkakan pada lengan. Acapkali pembengkakan sangat parah, pasien tidak bisa lagi menggerakkan lengannya. Jika tidak diobati, aliran darah kembali dari lengan dapat terganggu secara permanen.

Ketika arteri tertekan, maka aneurisma (pembengkakan arteri) dapat muncul saat aliran darah ke lengan terputus. “Orang bisa kehilangan jari, tangan, dan bahkan lengan,” kata Ali. “Seseorang bahkan bisa meninggal karenanya dalam kasus yang parah.”

Gumpalan vena juga bisa berakibat fatal jika gumpalan itu ‘berjalan’ ke paru, tetapi biasanya kerusakan terlokalisasi di lengan. Hasilnya disebut deep vein thrombosis, suatu kondisi di mana bekuan darah memaksa darah di sekitar obstruksi (penyumbatan) dan terjadi pembengkakan.

Bagaimana cara mengatasi sindrom outlet toraks? “Ada pepatah lama dalam operasi,” kata Ali. “Jika Anda mengoperasi karena rasa sakit, yang akan didapatkan kembali hanyalah rasa sakit.”

Dengan kata lain, dalam kasus versi neurologis yang lebih umum dari penyakit ini, dokter biasanya tidak merekomendasikan operasi. Sebaliknya, terapi fisik sering direkomendasikan untuk meredakan tekanan pada saraf di leher sebagai terapi lini pertama. Hanya setelah manajemen konservatif gagal, maka operasi ditawarkan.

Tetapi ketika datang ke versi penyakit vena dan arteri yang lebih jarang, pembedahan diperlukan. Dokter sering mengangkat tulang rusuk pertama di bawah klavikula untuk mengurangi beberapa tekanan. Mereka juga dapat menghilangkan bagian otot. Castello Ramirez mengatakan saat tulang rusuk tidak berfungsi, maka otot-otot lain akan mengambil alih bagian yang hilang.

Kapan harus mencari bantuan untuk sindrom outlet toraks?

“Saya akan mengatakan jika orang mengalami pembengkakan dan nyeri pada lengan tanpa adanya trauma, jika itu benar-benar bengkak dan nyeri, itu bisa jadi deep vein thrombosis,” kata Castello Ramirez.

Jika, selain rasa sakit, kulit tampak berbintik-bintik dan dingin saat disentuh, masalah pembuluh darah bisa menjadi penyebabnya, imbuh Ramirez. 

Dia menambahkan, setiap kali mengalami rasa sakit yang melemahkan atau mempengaruhi kemampuan untuk mengangkat lengan, sebaiknya bicarakan hal ini dengan dokter.

Bagaimana  sindrom outlet toraks didiagnosis?

Ini rumit. MRI gagal menunjukkan kelainan. “Itu anatomi normal,” kata Ali. Jika membandingkan seseorang dengan sindrom outlet toraks dengan seseorang tanpa masalah itu, maka vena, arteri dan saraf dan ruang antara mungkin akan terlihat sangat mirip.

“Ahli bedah vaskular mendiagnosis sindrom outlet toraks dengan mengevaluasi aliran darah menggunakan tes seperti venogram (menyuntikkan pewarna ke dalam darah dan menggunakan sinar-X untuk melihatnya) atau ultrasound dengan manuver lengan,” kata Castello Ramirez.

Dalam kasus sindrom outlet toraks neurogenik, elektromiografi dapat membantu membuat diagnosis.

Di luar kantor ahli bedah vaskular, kadang-kadang kondisi itu bisa salah didiagnosis. Dokter perawatan primer mungkin mendeteksi bekuan darah dan meresepkan obat untuk melarutkannya, tetapi mereka akan melewatkan akar penyebabnya, yakni sindrom outlet toraks. Itu dapat menyebabkan komplikasi jangka panjang, seperti gumpalan yang tidak mau pecah. “Dalam kasus seperti itu, operasi yang relatif sederhana untuk mengangkat tulang rusuk atau sebagian otot tidak akan berhasil lagi,” tandas Ali.(BS)