Berandasehat.id – Diabetes merupakan ‘ibu segala macam penyakit’ karena berpotensi menimbulkan komplikasi bila terlambat ditangani. Dari 37 juta orang Amerika dengan diabetes, hingga 50% mungkin berakhir dengan kerusakan saraf, atau neuropati diabetik, yang bisa menyakitkan dan melumpuhkan.
Sementara beberapa obat dapat mengurangi rasa sakit, para ilmuwan terus mencari faktor-faktor yang menyebabkan pasien mengembangkan neuropati diabetik, terutama untuk mengidentifikasi cara mengurangi risiko gejala yang menjadi ancaman.
Satu studi di Michigan Medicine menemukan beberapa biomarker lipid terkait dengan perkembangan neuropati pada pasien dengan diabetes tipe 2. Para peneliti memeriksa sampel serum dari hampir 70 anggota komunitas Gila River Indian dengan diabetes tipe 2 yang diuji neuropati 10 tahun kemudian.
Tim peneliti menganalisis 435 spesies lipid yang berbeda – yang merupakan senyawa organik yang terdiri dari lemak dan minyak. Hasil yang diterbitkan dalam Annals of Clinical and Translational Neurology mengungkap bahwa peserta dengan skor tinggi untuk neuropati diabetik memiliki perubahan lipid yang mencerminkan gangguan metabolisme energi.

“Kami memiliki potensi untuk menguji biomarker lipid ini pada pasien dengan diabetes tipe 2 guna mengidentifikasi mereka yang memiliki risiko tertinggi mengembangkan neuropati perifer dan memfasilitasi manajemen yang lebih terfokus pada pasien tersebut,” kata penulis senior Eva L. Feldman, M.D., Ph. D., Profesor Terhormat James W. Albers di UM dan Profesor Neurologi Russell N. DeJong dan Direktur NeuroNetwork for Emerging Therapies di Michigan Medicine.
Meskipun ada perbedaan antara profil lipid dasar peserta dengan dan tanpa neuropati, peneliti menemukan pola dalam profil lipid darah 10 tahun sebelum seseorang mengembangkan neuropati yang menunjukkan disfungsi sinyal dalam jalur kritis yang disebut b-oksidasi. Jalur itu mengubah lipid menjadi sumber energi saraf, dan ketika terganggu, saraf yang kekurangan energi mengalami kerusakan sehingga menyebabkan neuropati.
“Ketika kita mempelajari lebih lanjut tentang hubungan antara spesies lipid serum dan neuropati, itu akan membuka kemungkinan pengobatan terapeutik yang ditargetkan, baik dengan obat-obatan dan intervensi gaya hidup,” kata Feldman.
Dia menambahkan, temuan itu mendukung konsep bahwa lemak sehat tak jenuh adalah sumber energi yang lebih baik untuk saraf daripada lemak jenuh tinggi. “Kami sangat merekomendasikan diet jenis Mediterania untuk menjaga sistem saraf yang sehat,” tuturnya.
Feldman juga menganjurkan olahraga, yang meningkatkan efisiensi jalur b-oksidasi. “Terlibat dalam program diet dan olahraga yang sehat adalah kunci untuk mencegah neuropati,” tandasnya. (BS)