Berandasehat.id – Kurangnya informasi serta sumber daya pemeriksaan yang tidak mencukupi membuat penyakit yang melibatkan makula sebagai ancaman terhadap penglihatan masyarakat. Degenerasi makula (age-related macular degeneration/AMD), contohnya, menjadi salah satu penyebab utama gangguan penglihatan secara global.
“Banyak sekali kasus kelainan pada makula yang kurang terdiagnosis. Minimnya fasilitas dan pemeriksaan penunjang menjadi kendala mendasar. Sebab, untuk mendiagnosis kelainan pada makula tidak hanya membutuhkan pemeriksaan klinis, tetapi juga pemeriksaan berbasis teknologi canggih,” ujar dr. Soefiandi Soedarman, SpM(K), Direktur Medik JEC @ Menteng dalam temu media di Jakarta menandai peluncuran JEC Macula Center, baru-baru ini.
Untuk diketahui, makula – bagian organ mata di belakang retina – berperan dalam penglihatan sentral, penglihatan warna, serta penglihatan detail. Penyakit makula (gangguan yang melibatkan area makula) berpotensi menimbulkan penurunan tajam penglihatan, dan menyebabkan penderitanya kesulitan melihat objek secara detail – termasuk ketidakmampuan mengenali wajah seseorang atau tulisan. Bahkan, kerusakan pada makula bisa menyebabkan terjadinya kebutaan.
Jumlah penderita degenerasi makula mencapai 8 juta orang sedunia; terbesar ketiga setelah katarak (94 juta) dan kelainan refraksi yang tak tertangani (88,4 juta). Meski belum ada data pendukung secara nasional, kejadian gangguan pada makula di tengah masyarakat perlu menjadi kekhawatiran bersama.
Di JEC, selama tiga tahun terakhir (2019-2021), jumlah pasien yang terdiagnosis berbagai penyakit makula terus mengalami peningkatan. Selama 2020, jumlah pasien dengan penyakit makula bertambah 12,6 persen dibandingkan 2019, sedangkan pada 2021 meningkat 102,2 persen dibandingkan tahun sebelumnya.

Keterangan foto kiri ke kanan: dr. Ferdiriva Hamzah, SpM(K), subspesialis vitreo-retina JEC Eye Hospitals & Clinics; dan dr. Soefiandi Soedarman, SpM(K), Direktur Medik JEC @ Menteng di acara peluncuran JEC Macula Center (dok. Berandasehat.id
Khusus selama 2022, hingga Mei lalu, jumlah pasien yang terdiagnosis penyakit makula sudah mencapai lebih dari 10.000 orang. Dari 14 jenis penyakit makula, AMD menjadi penyakit makula dengan jumlah pasien terbanyak di JEC – yaitu 28 persen dari total pasien sepanjang Januari-Mei 2022.
”Dengan mengetahui adanya potensi kelainan pada makula sedini mungkin, maka risiko terjadinya penurunan tajam penglihatan – yang bisa memburuk menjadi kebutaan permanen, dapat dihindari,” imbuh Soefiandi.
Soefiandi menambahkan, meski tidak langsung menyebabkan kebutaan total, penyakit makula bisa mengakibatkan penderitanya kesulitan menjalani aktivitas keseharian, seperti membaca – bahkan mengenali wajah orang lain.
“Tanpa diagnosis, penanganan dan perawatan dan tindakan yang tepat, kondisi penglihatan berpeluang memburuk. Karenanya, dalam mengonfirmasi sebuah diagnosis penyakit makula, perlu alat diagnostik khusus,” terangnya.
JEC Macula Center
Memahami situasi tersebut, JEC Eye Hospital & Clinics meluncurkan layanan terbaru: JEC Macula Center, sebuah sentra penanganan khusus makula pertama di Indonesia dan satu-satunya dimiliki oleh sebuah institusi rumah sakit mata di Indonesia sejauh ini.
Hadir perdana di RS Mata JEC @ Menteng, JEC Macula Center menawarkan keahlian diagnostik serta penanganan makula secara mumpuni dan komprehensif. Dari sisi sumber daya manusia, JEC Macula Center diperkuat 10 dokter spesialis retina; empat di antaranya telah bergelar doktor.
Sementara, dari segi teknologi, layanan terbaru JEC ini menghadirkan Comprehensive Diagnostic Center dengan 15 kategori pemeriksaan diagnostik berteknologi mutakhir; 5 di antaranya khusus untuk pemeriksaan bagian belakang bola mata (posterior).
JEC Macula Center juga dilengkapi operating theater khusus (termasuk patient reception dan waiting room). Ruang operasinya menggunakan peralatan berteknologi terdepan, seperti Carl Zeiss Microscope OPMI Lumera 700 dengan fitur rescan untuk memberikan real time HD OCT pada saat operasi makula.
Selain itu, agar penanganan dan perawatan pasien berlangsung berkelanjutan di bawah pengawasan dokter, JEC Macula Center melengkapi layanannya dengan ruang rawat inap berstandar tinggi; dengan mengedepankan kenyamanan dan keamanan pasien.
“Hadirnya JEC Macula Center merupakan langkah solutif dari JEC guna menyediakan hasil diagnosis yang lebih akurat sehingga dokter mata ahli bisa memutuskan penanganan dan tindakan yang tepat sesuai penyakit makula pasien,” pungkas Soefiandi. (BS)