Berandasehat.id – Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) berencana mengganti nama monkeypox menjadi MPOX dalam upaya menghilangkan stigma dari penyakit tersebut. Rencana penggantian nama pertama kali dilaporkan Selasa silam oleh Politico dan dapat diumumkan secara resmi paling cepat minggu ini.

Cacar monyet telah membuat lebih dari 80.000 orang sakit di seluruh dunia dan menyebabkan 55 kematian selama wabah tahun ini. Dari jumlah tersebut, 29.199 kasus dan 14 kematian telah terjadi di Amerika Serikat, menurut data CDC. Sebagian besar kasus cacar monyet terjadi pada pria yang diidentifikasi sebagai gay atau biseksual – sebuah komunitas yang memiliki sejarah dirugikan oleh efek buruk dari stigma.

“Stigma adalah sikap negatif tentang mental, fisik atau ciri sosial seseorang atau sekelompok orang. Ini dianggap sebagai jenis ketidaksetujuan sosial ketika orang yang terkena dampak berpikir bahwa masyarakat tidak akan menerimanya karena kondisi ini,” menurut sebuah artikel yang diterbitkan dalam jurnal Frontiers in Public Health pada September silam. 

“Stigma sosial seperti itu dalam kasus wabah dapat menyebabkan banyak dampak buruk, terutama di negara berpenghasilan rendah dan menengah. Itu mungkin berarti orang diberi label, stereotip, didiskriminasi, diperlakukan secara terpisah atau mengalami kehilangan status karena dianggap terkait dengan penyakit,” lanjut artikel itu.

Virus itu disebut cacar monyet karena pertama kali diisolasi dalam penelitian pada monyet, menurut ringkasan Johns Hopkins Medicine.

CDC telah menerbitkan halaman web tentang cara berkomunikasi terkait cacar monyet secara efektif sambil mengurangi stigma, yang mencakup saran seperti menyertakan gambar orang dari berbagai latar belakang dan kelompok ras/etnis.

Gejala khas cacar monyet adalah ruam, tetapi gejala mirip flu lainnya juga mungkin terjadi, kata CDC. Gejala dimulai dalam 3 minggu setelah paparan dan biasanya berlangsung 2 hingga 4 minggu. 

Penyakit cacar monyet menyebar melalui kontak langsung dengan ruam dan melalui kontak dengan air liur, sekresi pernapasan bagian atas seperti lendir, dan melalui kontak seksual yang intim. Itu juga dapat menyebar melalui pelukan, ciuman, pijatan, dan kontak tatap muka yang lama, demikian dikutip dari laman CDC. (BS)