Berandasehat.id – Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) menyebut perubahan iklim memicu peningkatan kolera global, seraya memperingatkan situasi ini diperparah oleh kekurangan vaksin dan hanya akan memburuk kecuali segera diberantas.
WHO menanggapi wabah kolera di 29 negara, termasuk Haiti, yang memiliki lebih dari 1.200 kasus dikonfirmasi, lebih dari 14.000 kasus yang diduga dan lebih dari 280 kematian yang dilaporkan.
Minggu ini, Haiti menerima hampir 1,2 juta dosis vaksin kolera oral. Tetapi WHO mengatakan bahwa stok vaksin sangat rendah — dan produsen tidak antusias untuk memproduksi vaksin yang terutama ditujukan untuk beberapa negara termiskin di dunia.
“Jika kita tidak mengendalikan wabah sekarang, situasinya akan semakin buruk,” kata Ketua Tim WHO untuk Kolera, Philippe Barboza, kepada wartawan di Jenewa dilansir AFP.
Dia mengatakan tingkat kematian sangat tinggi untuk sebagian besar negara. Kolera ditularkan oleh bakteri yang umumnya ditularkan melalui makanan atau air yang terkontaminasi. Infeksi ini menyebabkan diare dan muntah, dan bisa sangat berbahaya bagi anak kecil.
“Faktor penyebab kolera masih sama: kemiskinan, kerentanan dan masyarakat yang tidak memiliki akses air bersih,” kata Barboza.
Hal ini diperparah oleh konflik, krisis kemanusiaan dan bencana alam, yang mengurangi akses ke air minum.

Kekurangan Pasokan Vaksin
“Tetapi tahun ini, kita memiliki faktor yang bahkan lebih penting: dampak langsung dari perubahan iklim, dengan serangkaian kekeringan besar, banjir yang belum pernah terjadi sebelumnya di beberapa bagian dunia, dan siklon yang memperkuat sebagian besar epidemi ini,” imbuh Barboza.
Barboza mengatakan bahwa meskipun telah terjadi epidemi besar di beberapa negara sebelumnya, hal itu tidak terjadi secara bersamaan, seperti sekarang. Meskipun kolera dapat membunuh dalam beberapa jam, penyakit ini dapat diobati dengan rehidrasi oral sederhana, dan antibiotik untuk kasus yang lebih parah. Sayangnya, banyak orang tidak memiliki akses tepat waktu ke perawatan semacam itu.
Wabah dapat dicegah dengan memastikan akses ke air bersih dan meningkatkan pengawasan. “Tidak dapat diterima di abad ke-21 ini ada orang yang meninggal karena penyakit yang sangat sudah dikenal dan sangat mudah diobati,” kata Barboza.
Sekitar 36 juta dosis vaksin kolera diproduksi tahun ini. Barboza mengatakan bahwa membuat dosis vaksin kolera tidak terlalu menarik bagi produsen karena ini adalah ‘vaksin untuk negara miskin’.
Namun dia bersikeras bahwa angka kematian dapat dikurangi dengan memprioritaskan akses tepat waktu ke bantuan medis. “Perang melawan kolera tidak boleh kalah. Kita bisa memenangkannya,” tandas Barboza. (BS)