Berandasehat.id – Zat besi dibutuhkan tubuh agar berfungsi dengan baik, di antaranya sebagai bahan penyusun hemoglobin, protein yang ditemukan dalam sel darah merah yang membantu mengangkut oksigen ke seluruh tubuh. Zat besi juga merupakan komponen mioglobin, protein penyimpan oksigen yang ditemukan di otot. Oksigen ini digunakan saat kita menggunakan otot.
Namun, konsumsi zat besi yang berlebihan juga memiliki risiko kesehatan yang pantang diabaikan. Kabar baiknya, toksisitas besi dari sumber makanan jarang terjadi. Setelah dikonsumsi, tubuh kita memiliki sistem penyeimbangnya sendiri untuk memastikan asupannya cukup.
Kelebihan zat besi terjadi ketika ada kelebihan simpanan zat besi di dalam tubuh. Kelebihan zat besi primer sering diwariskan (menurun secara genetik), sedangkan kelebihan zat besi sekunder biasanya timbul dari penyebab seperti transfusi, hemolisis, atau konsumsi zat besi parenteral dan/atau makanan yang berlebihan.
Pada dosis tinggi, zat besi bersifat racun. Untuk orang dewasa dan anak-anak berusia 14 tahun ke atas, batas atas — dosis tertinggi yang dapat dikonsumsi dengan aman — adalah 45 mg sehari. Anak-anak di bawah usia 14 tahun tidak boleh mengonsumsi lebih dari 40 mg sehari, demikian menurut laman Webmd.
Overdosis yang fatal dan efek kesehatan yang merugikan mungkin terjadi dengan asupan suplemen zat besi yang berlebihan Kadar zat besi yang berlebihan juga bisa terjadi pada beberapa orang dengan kondisi yang disebut hemochromatosis. Ini biasanya disebabkan oleh gen yang meningkatkan penyerapan.

Kelebihan zat besi disimpan di organ, dan hal ini selanjutnya dapat mengganggu fungsi tubuh normal, serta produksi hormon yang mengatur metabolisme dan dorongan seksual.
Laki-laki dewasa rata-rata memiliki sekitar 1.000 mg zat besi yang disimpan (cukup untuk sekitar tiga tahun), sedangkan wanita rata-rata hanya memiliki sekitar 300 mg (cukup untuk sekitar enam bulan). Ketika asupan zat besi sangat rendah, simpanan dapat habis, menurunkan kadar hemoglobin
Penyebab lain kelebihan zat besi termasuk transfusi darah berulang, dosis besar dari makanan, dan gangguan metabolisme yang jarang terjadi.
Perlu diketahui, konsumsi terlalu banyak zat besi dalam jangka waktu lama dapat memicu endapan mineral yang besar terbentuk di hati dan jaringan lain.
Tanda dan gejala zat besi berlebih di dalam tubuh kemungkinan ditandai dengan kelelahan, nyeri sendi, kelemahan, penurunan berat badan dan sakit perut. Seiring waktu, kelebihan zat besi menumpuk di area tubuh tertentu, yang akhirnya menyebabkan kerusakan pada jaringan dan organ termasuk hati dan jantung.
Untuk mencegah kelebihan zat besi, sebisa mungkin hindari mengonsumsi zat besi dalam jumlah besar selama lebih dari 6 bulan tanpa berkonsultasi dengan dokter. Setiap orang berbeda kebutuhannya terkait zat besi, dan mereka yang memiliki kondisi medis tertentu dapat secara bertahap teracuni dengan mengonsumsi terlalu banyak zat besi selama jangka waktu tertentu, demikian dikutip dari laman Mayoclinic.org. (BS)