Berandasehat.id – Wanita yang kedua indung telurnya diangkat sebelum usia 43 tahun memiliki peningkatan risiko terkena penyakit Parkinson atau parkinsonisme. Hal itu terjadi kemungkinan karena hilangnya estrogen dan hormon lain secara tiba-tiba, yang menyebabkan disfungsi endokrin tiba-tiba pada wanita pramenopause, kata para peneliti.
Hasil penelitian terbaru itu serupa dengan penelitian tahun 2008 yang juga mengaitkan Parkinson dengan pengangkatan kedua indung telur pada wanita yang lebih muda, sebuah prosedur yang disebut ooforektomi bilateral.
Parkinson merupakan gangguan progresif yang mempengaruhi sistem saraf dan bagian tubuh yang dikendalikan oleh saraf. Gejalanya meliputi tremor, kekakuan, dan gerakan melambat. Ini sering disertai dengan demensia, gangguan tidur, masalah usus dan kandung kemih. Parkinsonisme adalah istilah umum untuk kelambatan gerakan yang disertai kekakuan, tremor atau kehilangan keseimbangan.
Para peneliti mengatakan temuan tersebut mendukung pedoman saat ini bahwa wanita dengan risiko rata-rata untuk kanker ovarium tidak boleh mengangkat kedua indung telur sebagai upaya pencegahan. Bagi mereka yang memiliki varian gen berisiko tinggi untuk kanker ovarium, pengangkatan ovarium dapat direkomendasikan bersamaan dengan terapi estrogen pasca operasi hingga usia 50 atau 51 tahun.
“Sampai hari ini, tidak dianjurkan menggunakan terapi estrogen untuk pencegahan demensia atau parkinsonisme setelah menopause spontan pada wanita berusia 46 hingga 55 tahun,” kata penulis pertama Dr. Walter Rocca, ahli saraf dan epidemiologi di Mayo Clinic di Rochester, Min dikutip laman Healthday.

“Tetapi penelitian ini dan studi sebelumnya menunjukkan bahwa terapi estrogen penting pada wanita yang indung telurnya diangkat dengan operasi di usia di bawah 46 tahun,” katanya dalam rilis berita klinik. “Yang paling rentan adalah wanita yang mengalami menopause yang diinduksi melalui pembedahan sebelum usia 40 tahun.”
Studi tersebut mencakup data 2.750 wanita yang menjalani operasi pengangkatan kedua indung telur, baik untuk kondisi jinak seperti endometriosis atau kista atau untuk mencegah kanker. Mereka dibandingkan dengan 2.749 wanita yang tidak menjalani operasi. Untuk setiap 48 wanita yang lebih muda dari usia 43 tahun pada saat operasi, satu wanita tambahan mengembangkan Parkinson dibandingkan dengan wanita pada usia yang sama yang ovariumnya tidak diangkat.
Namun, risiko Parkinson lebih rendah pada wanita yang menerima estrogen setelah prosedur dan melewati usia 50 tahun dibandingkan dengan wanita yang tidak.
Untuk diketahui, penyakit Parkinson dua kali lebih umum pada pria dibandingkan pada wanita, menunjukkan bahwa faktor terkait gender berperan, catat penelitian tersebut.
Studi terbaru telah dipublikasikan di JAMA Network Open. (BS)