Berandasehat.id – Ramadan bukan hanya bulan penuh berkah bagi umat muslim, namun juga bisa menjadi sarana efektif dalam menurunkan berat badan tanpa banyak usaha. Bukan hanya turun berat badan, namun puasa Ramadan juga bisa mengurangi massa lemak tubuh – yang selama ini dikenal bandel alias sulit dihilangkan.

Disampaikan dr. Juwalita Surapsari spGK dari RS Pondok Indah, penurunan massa lemak dapat terjadi usai berpuasa selama lebih dari 8 jam. “Setelah 8 jam puasa, cadangan (glukosa) mulai habis, (maka) yang dipakai lemak. Lemak itu cadangan energi hampir tidak terbatas di tubuh. Dengan puasa Ramadan, pembakaran (lemak) pasti terjadi,” ujarnya dalam webinar ‘Menjaga Kesehatan Melalui Puasa dan Mengukur Tekanan Darah Secara Teratur’ yang digelar Omron, Kamis (30/3/2023).

Dokter spesialis gizi klinik RS Pondok Indah itu menambahkan, massa lemak tubuh akan turun dengan catatan pola makan kita selama puasa benar. Dia mengakui, enurunan massa lemak dengan puasa sebenarnya tidak terlalu besar. Namun Juwalita menegaskan bahwa penurunan lemak memang sulit terjadi. “Turun 0,5 kg massa lemak dalam seminggu dengan berpuasa itu pencapaian luar biasa, karena lemak memang sulit diturunkan,” tuturnya.

Dia menambahkan, turun massa lemak 0,5 kg mungkin tidak memberi perubahan bermakna dari penampilan, namun jika dilakukan secara konsisten maka penurunan massa lemak disertai massa otot akan terjaga, sehingga tampilan menjadi lebih langsing.

Pola Makan Benar Selama Puasa Ramadan

Salah satu strategi agar turun berat badan selama puasa Ramadan – terutama penurunan massa lemak tubuh – adalah menjalankan pola makan yang benar. Juwalita mengatakan, saat makan sahur usahakan mengonsumsi makanan berkarbohidrat kompleks, dan hindari makan berlemak, kafein, dan makanan terlalu asin. “Selain itu juga dapat mengonsumsi susu dan yogurt sebagai pelengkap,” ujarnya.

Konsumsi karbohidrat kompleks akan membantu tubuh untuk mempertahankan kadar gula, sehingga tidak membuat kadar gula turun dengan cepat. Sedangkan makanan berlemak sebaiknya dihindari karena memerlukan waktu yang lebih lama agar dapat dikeluarkan oleh lambung dan dapat memicu begah/kembung.

Saat berbuka, upayakan minum air putih dan mengonsumsi sesuatu yang manis, misalnya kurma. Buah kurma mengandung gula alami, mineral, dan serat yang bermanfaat bagi tubuh agar gula darah tidak naik tiba-tiba.

Berbuka dengan gorengan dan air dingin sebaiknya dihindari. “Gorengan dan air dingin akan membuat perut terasa penuh atau kenyang karena banyak mengandung minyak (lemak),” terangnya. Sedangkan minuman dingin yang tidak sesuai dengan suhu tubuh akan mendatangkan sensasi begah pada lambung/perut.

Agar tetap terhidrasi selama puasa, usahakan untuk minum 8 gelas dalam sehari. Caranya, minum 2 gelas ketika berbuka, 4 gelas di malam hari, dan 2 gelas saat sahur.

Hal lain yang tak kalah penting dilakukan saat bulan Ramadan adalah pemantauan tekanan darah, yang bertujuan untuk meningkatkan kewaspadaan terhadap tubuh kala menunaikan ibadah puasa. Tekanan darah dapat dilakukan secara mandiri dengan duduk santai dengan dua kali pembacaan dan kemudian dicatat.

“Pengukuran tekanan darah dan gula darah selama Ramadan harus dilakukan secara rutin untuk mengetahui secara akurat kondisi tekanan darah dan kadar gula darah serta menghindari hal-hal yang tidak diinginkan terjadi, seperti hipoglikemia atau hiperglikemia,” ujar Juwalita.

Dia menambahkan, hasil pengukuran yang terekam dengan baik akan memudahkan pasien, keluarga pasien, dan tenaga medis untuk memberikan perawatan yang tepat jika hal yang buruk terjadi.

Terkait hal itu, Direktur OMRON Healthcare Indonesia, Tomoaki Watanabe, sepakat. “Orang dengan risiko hipertensi dan diabetes yang tinggi harus mengukur tekanan darah dan kadar gula darah mereka sebelum memutuskan untuk berpuasa setiap hari selama Ramadan,” ujarnya.

Dia memaparkan, monitor tekanan darah baru OMRON kini hadir dengan konektivitas Bluetooth dan antarmuka dengan aplikasi seluler OMRON Connect. “Dengan demikian pengguna bisa dengan mudah mengunggah, menyimpan, dan berbagi data tekanan darah mereka dengan dokter serta anggota keluarga, yang membuat mereka mendapatkan wawasan tentang tren tekanan darah dalam jangka waktu yang lebih lama,” ujarnya.

Selain itu, berbagi info secara real time ini membantu para dokter membuat keputusan yang lebih tepat yang mengarah pada kontrol yang lebih besar atas peristiwa yang mengancam jiwa. (BS)

Advertisement