Berandasehat.id – Mengikuti diet ketogenik berbasis Mediterania dapat menurunkan risiko penyakit Alzheimer. Dalam studi yang dilakukan oleh ilmuwan di Wake Forest University School of Medicine, peneliti membandingkan diet rendah lemak dengan diet yang terdiri dari lemak/protein sehat dan rendah karbohidrat atau diet ketogenetik Mediterania yang dimodifikasi dan menemukan bahwa diet yang dimodifikasi menunjukkan perubahan yang kuat dalam jalur biologis yang terkait dengan penyakit Alzheimer.
Menurut Asosiasi Alzheimer, lebih dari 6,5 juta orang Amerika hidup dengan penyakit Alzheimer, dan 1 dari 3 manula meninggal karena penyakit tersebut atau bentuk lain dari demensia.
“Kami berharap pemahaman yang lebih baik tentang hubungan kompleks antara pola makan, status kognitif, dan kesehatan usus ini akan mengarah pada intervensi baru untuk mencegah dan mengobati penyakit Alzheimer,” kata Suzanne Craft, Ph.D., profesor kedokteran gerontologi dan geriatri di Wake Forest University School of Medicine dikutip laman MedicalXpress.
Studi ini didasarkan pada penelitian sebelumnya dari tim Craft yang menunjukkan bahwa diet ketogenik yang dimodifikasi terbukti bermanfaat dalam pencegahan penurunan kognitif.
Studi satu tempat secara acak melibatkan 20 orang dewasa, sembilan didiagnosis dengan gangguan kognitif ringan dan 11 dengan kognisi normal. Para peserta ini secara acak ditugaskan untuk mengikuti diet ketogenik Mediterania rendah karbohidrat yang dimodifikasi atau diet tinggi karbohidrat rendah lemak selama enam minggu kemudian, setelah periode ‘pencucian’ enam minggu, untuk beralih ke diet lain.

Sampel feses dikumpulkan dari peserta pada awal dan akhir setiap periode diet, dan enam minggu setelah diet kedua untuk menganalisis perubahan mikrobioma usus, yakni kumpulan bakteri baik dan jahat yang hidup di saluran pencernaan.
Para peneliti menemukan bahwa peserta dengan gangguan kognitif ringan pada diet ketogenik Mediterania yang dimodifikasi memiliki tingkat asam gamma-aminobutyric (GABA) dan mikroba penghasil GABA yang lebih rendah. Peserta diet ini juga memiliki tingkat bakteri pengatur GABA yang lebih tinggi. GABA adalah neurotransmitter penghambat utama dalam sistem saraf pusat, dan disfungsi GABA dikaitkan dengan kondisi neuropsikiatri termasuk penyakit Alzheimer.
“Studi kami adalah yang pertama menunjukkan bahwa diet memodulasi GABA secara berbeda pada gangguan kognitif ringan,” kata Craft.
Studi tersebut juga menunjukkan bahwa peserta dengan gangguan kognitif ringan yang terdapat kurkumin dalam makanannya juga memiliki tingkat bakteri yang mengandung BSH lebih rendah. Bakteri ini mengatur asam empedu yang diproduksi oleh hati dan usus. Tingkat yang lebih rendah menunjukkan motilitas usus yang berkurang, sebuah fenomena di mana makanan dan limbah membutuhkan waktu lebih lama untuk melewati usus. Profil asam empedu yang abnormal telah diamati pada orang dewasa dengan penyakit Alzheimer.
“Temuan ini memberikan wawasan penting tentang bagaimana pola makan dapat mempengaruhi mikrobioma dan meningkatkan kesehatan otak,” kata Craft. “Studi yang lebih besar diperlukan untuk menilai peran intervensi diet pada pasien dengan gangguan kognitif.”
Temuan ini dipublikasikan secara online di Alzheimer’s & Dementia: The Journal of the Alzheimer’s Association, 6 Maret 2023. (HG)