Berandasehat.id – Sindrom metabolik (MetS) adalah entitas klinis yang tersebar luas dan hampir menjadi epidemi global. Salah satu mineral, selenium, memainkan peran penting dalam homeostasis metabolik, demikian menurut studi baru yang dipublikasikan di jurnal Aging. Selenium diketahui dapat mempengaruhi ekspresi dan aktivitas PPAR-γ — mediator penting dalam keseimbangan energi dan diferensiasi sel.

Dalam studi baru, peneliti Daria Schneider-Matyka, Anna Maria Cybulska, Małgorzata Szkup, Bogumiła Pilarczyk, Mariusz Panczyk, Agnieszka Tomza-Marciniak, dan Elżbieta Grochans dari Pomeranian Medical University di Szczecin, West Pomeranian University of Technology dan Medical University of Warsaw bermaksud untuk menganalisis hubungan antara variabel-variabel ini dalam konteks kesehatan wanita, yang mengalami kenaikan risiko sindrom metabolik seiring bertambahnya usia.

“Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mencari hubungan antara konsentrasi selenium dan sindrom metabolik, dan untuk menilai dampak PPAR-γ pada kejadian MetS sehubungan dengan peran moderasi selenium,” ujar peneliti.

Penelitian tersebut melibatkan 390 wanita paruh baya. Tahapan penelitian: bagian berbasis survei; pengukuran antropometri; analisis bahan biologis (darah) dalam hal kadar glikemia, trigliserida, HDL (kolesterol baik), dan selenium, serta analisis genetik polimorfisme PPAR-γ. 

Para peneliti menemukan bahwa selenium dapat memoderasi efek alel G dari gen PPAR-γ pada terjadinya peningkatan lingkar pinggang (OR=1.030, 95%CI 1.005-1.057, p=0.020); dan efek C (OR=1.077, 95%CI 1.009-1.149, p=0.026) dan alel G (OR=1.052, 95%CI 1.025-1.080, p<0.000) pada kemungkinan peningkatan tekanan darah. Wanita yang kadar HDLnya tidak berkurang secara signifikan, memiliki kadar selenium yang lebih tinggi (p=0,007).

Ilustrasi perempuan mengalami kelelahan (dok. ist)

Studi ini mengarahkan tim ke empat kesimpulan berbeda, yakni ffek selenium pada sindrom metabolik dan komponennya belum dibuktikan; Efek alel individu gen PPAR-γ pada MetS dan komponennya tidak ditunjukkan. Selain itu, konsentrasi selenium dapat mempengaruhi lingkar pinggang pada pembawa alel G, dan hipertensi arteri pada pembawa alel C dan G dengan mempengaruhi ekspresi PPAR-γ.

Ditemukan bahwa konsentrasi selenium yang lebih tinggi meningkatkan kemungkinan tingkat HDL yang lebih tinggi pada kelompok subjek yang memenuhi kriteria sindrom metabolik.

“Mengoptimalkan asupan selenium dalam populasi untuk mencegah penyakit yang terkait dengan kekurangan atau kelebihan selenium telah menjadi isu penting dalam perawatan kesehatan modern di seluruh dunia. Studi kami menunjukkan ada pengaruh kadar selenium pada beberapa komponen sindrom metabolik seperti lingkar pinggang, tekanan darah dan konsentrasi HDL,” ujar peneliti. 

Dengan demikian, konsentrasi selenium serum dapat dianggap sebagai salah satu faktor yang mempengaruhi beberapa komponen sindrom metabolik, simpul peneliti dilaporkan MedicalXpress.(BS)

Advertisement