Berandasehat.id – Terkadang hubungan yang paling bermakna dalam hidup tumbuh dari interaksi yang paling singkat. Seperti saat kamu pergi ke pesta dan bertemu seseorang yang mengenakan kaus band favorit, atau yang menertawakan lelucon yang sama denganmu, atau yang mengambil camilan tidak populer yang kalian suka. Satu minat kecil yang sama memicu percakapan, dan berkembang menjadi kasih sayang yang langgeng. Inilah yang disebut efek kesamaan-ketertarikan: Kita umumnya menyukai orang yang seperti kita.
Nah, kini temuan baru dari seorang peneliti Universitas Boston telah mengungkap satu alasan mengapa. Dalam serangkaian penelitian, Charles Chu, asisten profesor manajemen dan organisasi BU Questrom School of Business, menguji kondisi yang membentuk apakah kita merasa tertarik, atau sama sekali tidak, satu sama lain. Dia menemukan satu faktor penting adalah apa yang oleh para psikolog disebut penalaran esensialis diri, di mana orang membayangkan mereka memiliki inti atau esensi batin yang dalam yang membentuk siapa mereka.
Chu menemukan bahwa ketika seseorang percaya suatu esensi mendorong minat, suka, dan tidak suka, mereka menganggap itu sama untuk orang lain juga. Dalam artian, jika menemukan seseorang dengan satu minat yang cocok, mereka beralasan bahwa orang tersebut akan berbagi pandangan dunia yang lebih luas.
“Jika kita harus mendapatkan gambaran tentang diri kita, itu akan menjadi inti yang yang hampir ajaib di dalam yang memancar keluar dan menyebabkan apa yang dapat kita lihat dan amati tentang orang dan diri kita sendiri,” kata Chu, yang menerbitkan studi bersama Brian S. Lowery dari Stanford Graduate School of Business. dikutip dari MedicalXpress.

“Orang yang percaya memiliki esensi yang mendasarinya memungkinkan kami untuk berasumsi atau menyimpulkan bahwa ketika kami melihat seseorang yang memiliki satu karakteristik, mereka juga harus berbagi seluruh esensi yang mengakar,” terangnya.
Tetapi penelitian Chu menunjukkan bahwa terburu-buru untuk merangkul kesamaan mendasar yang tidak dapat ditentukan dengan seseorang karena satu atau dua minat yang sama mungkin didasarkan pada pemikiran yang salah, dan bahwa hal itu dapat membatasi dengan siapa kita menemukan hubungan.
“Kita semua sangat kompleks,” kata Chu. “Tapi kita hanya memiliki wawasan penuh ke dalam pikiran dan perasaan kita sendiri, dan pikiran orang lain sering menjadi misteri bagi kita. Yang ditunjukkan oleh studi ini adalah bahwa kita sering mengisi kekosongan pikiran orang lain dengan perasaan kita sendiri dan itu kadang-kadang dapat membawa kita ke beberapa asumsi yang tidak beralasan.”
Temuan ini dipublikasikan dalam Journal of Personality and Social Psychology. (BS)