Berandasehat.id – Kanker payudara menempati urutan pertama pada pasien rawat inap di seluruh RS di Indonesia, yakni mencapai 16,85 persen, menurut data Sistem Informasi Rumah Sakit (SIRS) tahun 2007.
Kanker tertinggi yang diderita wanita Indonesia adalah kanker payudara dengan angka kejadian 26 per 100.000 perempuan, disusul kanker leher rahim dengan 16 per 100.000 perempuan.
Melihat data tersebut, diperlukan upaya pencegahan berupa deteksi dini untuk perempuan usia 30-50 tahun, sehingga dapat meminimalkan terjadinya kanker payudara pada perempuan, khususnya di Indonesia.
Deteksi Dini Kanker Payudara dapat dilakukan dengan 2 cara yaitu SADARI (perikSA payuDAra SendiRI) dan SADANIS (perikSA payuDAra kliNIS) melalui pemeriksaan USG atau Mamografi. Semakin dini deteksi kanker payudara maka peluang kesembuhan penderita kanker bisa mencapai 98% dan ditangani dengan baik dan tepat secara medis.

Dikatakan Koordinator Penyakit Kanker dan Kelainan Darah, Direktorat P2PTM, Aldrin Neilwan Pancaputra, kanker termasuk penyakit dengan tingkat kematian tertinggi. Berdasarkan data Globocan, ada 9,6 juta kematian akibat kanker atau mencakup 1 dari 6 kematian pada tahun 2020.
“WHO menyatakan bahwa 30-50% kematian akibat kanker bisa dicegah yaitu menghindari faktor resiko dengan pola hidup sehat seperti tidak mengonsumsi makanan yang tinggi garam, gula, dan lemak; tidak merokok; rajin beraktivitas fisik; menjaga berat badan ideal; dan terpenting melakukan skrining atau deteksi dini secara berkala,” ujarnya dalam webinar kesehatan yang dihelat One Onco Kalbe Farma, baru-baru ini.
Aldrin menambahkan, penanganan penyakit kanker di Indonesia sekarang dilakukan menggunakan empat pilar yaitu kesehatan, perlindungan khusus, deteksi dini dan penanganan kasus.
Sementara itu, Konsultan Hematologi Onkologi Medik dr. Jeffry Beta Tenggara, Sp.PD-KHOM menambahkan kanker tidak akan sembuh sendiri oleh karena itu harus dicek secara berkala dan sedini mungkin. “Karena penyebab kanker payudara itu adalah penyakit medis, bukan mistis jadi sebaiknya pergi ke dokter bukan ke dukun,” tandasnya. (BS)