Berandasehat.id – Akumulasi bukti di seluruh dunia menunjukkan bahwa golongan darah mempengaruhi risiko infeksi virus corona baru SARS-CoV-2. Diketahui, golongan darah O menjadi kurang rentan dan golongan darah selain O lebih rentan. 

Hasil model data baru oleh Dr. Peter Ellis, Dosen Senior Genetika Molekuler dan Reproduksi di Fakultas Biosains Universitas Kent mengungkapkan penjelasan yang paling mungkin adalah bahwa infeksi SARS-CoV-2 berperilaku serupa dengan transfusi darah.

Ellis menyampaikan, bukti secara global menunjukkan bahwa orang bergolongan darah O lebih kecil kemungkinannya untuk tertular COVID dibandingkan mereka yang bergolongan darah bukan O, namun besarnya perbedaan ini sangat bervariasi antar wilayah. 

Ilustrasi virus corona (dok. istimewa)

“Menggunakan informasi dari seluruh dunia, model data terbaru kami menunjukkan bahwa infeksi SARS-CoV-2 berperilaku mirip dengan transfusi darah, dan bahwa pasien yang terinfeksi memiliki kemungkinan 2-3 kali lebih besar untuk menularkan virus kepada seseorang yang menerima donor darah,” jelasnya.

Ellis menambahkan, hal ini menjelaskan mengapa orang golongan darah O memiliki risiko infeksi yang lebih rendah. “Sama seperti mereka yang menolak transfusi darah dari tipe bukan O, mereka mungkin menolak partikel virus dari pasien dengan darah bukan O, sehingga lolos dari infeksi,” imbuhnya.

Namun, individu dengan golongan darah O adalah pendonor universal yang dapat memberikan darah kepada siapa pun. Demikian pula setelah terinfeksi, mereka juga dapat menginfeksi orang lain dari golongan darah apa pun. Sebaliknya, mereka yang bergolongan darah A (tipe bukan O paling umum di Inggris) lebih mungkin untuk tertular virus dan kecil kemungkinannya untuk menularkannya.

“Efek penularan ini juga berarti bahwa perbedaan frekuensi golongan darah mungkin sebagian menjelaskan variasi keparahan epidemi di seluruh dunia, karena negara-negara dengan keragaman golongan darah yang lebih luas akan menghadirkan hambatan alami untuk sirkulasi virus,” ujar Ellis.

Berdasarkan hal ini, Fakultas Biosains Universitas Kent meneliti apakah akan berguna untuk memprioritaskan vaksinasi berdasarkan golongan darah. Yang terpenting, mereka menemukan bahwa memprioritaskan orang yang lebih menular (Tipe O) atau lebih rentan (Tipe A) mengurangi efektivitas keseluruhan kampanye untuk mengurangi infeksi.

“Kesimpulan kami adalah memprioritaskan satu golongan darah untuk vaksinasi lebih buruk daripada memilih secara acak. Persepsi yang berkembang bahwa “Tipe O berarti berisiko rendah” bukanlah kesimpulan yang aman untuk masyarakat luas. Memiliki golongan darah O mungkin berarti secara pribadi sedikit lebih aman, tetapi lebih berisiko bagi orang lain saat tidak divaksinasi.”

Makalah Ellis telah diterbitkan dalam jurnal Epidemics. (BS)