Berandasehat.id – Sekira 1 dari 1.000 orang yang telah divaksinasi atau sebelumnya terinfeksi COVID-19 dirawat di rumah sakit dengan infeksi terobosan baru, demikian menurut penelitian terkini Mayo Clinic. Riset yang dipublikasikan di Clinical Infectious Diseases ini mendukung penelitian sebelumnya yang menunjukkan vaksinasi adalah cara terbaik untuk mencegah infeksi COVID-19 parah, rawat inap, dan bahkan kematian.

“Pada populasi pasien perawatan primer umum, mereka yang telah divaksinasi memiliki risiko yang sangat rendah untuk dirawat di rumah sakit akibat infeksi terobosan COVID-19,” kata penulis utama Benjamin Pollock, Ph.D., seorang peneliti di Mayo Clinic. “Studi kami menunjukkan bahwa sementara itu bisa dan memang terjadi, kejadian ini sangat jarang.”

Ilustrasi vaksinasi (dok. istimewa)

Para peneliti membuat studi longitudinal terhadap 106.349 pasien perawatan primer di Mayo Clinic Rochester. Melibatkan responden berusia 18 tahun atau lebih dan dites positif COVID-19, dan/atau divaksinasi COVID-19. Dari pasien itu, hanya 69 yang dirawat di rumah sakit karena infeksi terobosan COVID-19.

Para peneliti menemukan tingkat rawat inap sebagai berikut: 0,06%, atau 6 dari 10.000 untuk pasien yang divaksinasi; 0,03%, atau 3 dari 10.000, pada orang yang sebelumnya terinfeksi tetapi tidak divaksinasi; serta 0,01%, atau 1 dari 10.000, di antara mereka yang pernah divaksinasi dan terinfeksi sebelumnya.

Meskipun ada sedikit perbedaan antara ketiga kelompok, para peneliti mencatat perbedaan tersebut tidak signifikan secara statistik.

“Kami menemukan hasil ini sejalan dengan penelitian sebelumnya, meskipun interpretasinya tidak harus bahwa kekebalan alami memberikan perlindungan yang sama seperti vaksinasi,” kata Dr. Pollock. 

“Sebaliknya, penelitian ini menemukan bahwa di antara populasi perawatan primer, kekebalan alami dan kekebalan vaksin tampaknya menyebabkan tingkat rawat inap (akibat infeksi) terobosan yang sangat rendah,” imbuhnya.

Para peneliti mengaku menyaksikan kasus terobosan yang mengakibatkan rawat inap, tetapi mereka tidak membandingkan kekebalan setelah infeksi dan tingkat vaksinasi di antara kasus terobosan ringan atau tanpa gejala.

“Kami tahu bahwa vaksinasi tetap merupakan rute teraman untuk perlindungan dari infeksi COVID-19 dan penyakit parah,” kata Aaron Tande, M.D., seorang dokter penyakit menular Mayo Clinic, dan salah satu penulis studi tersebut. “Saya jelaskan kepada pasien bahwa vaksin COVID-19 memberikan perlindungan tambahan, bahkan jika mereka telah terinfeksi sebelumnya. Bagi mereka yang belum terinfeksi, vaksinasi tetap menjadi rute perlindungan yang paling aman dan paling dapat diandalkan.”

Para peneliti mencatat, penelitian sebelumnya telah menunjukkan hasil serupa. Beberapa studi telah menunjukkan bahwa kekebalan setelah infeksi mencegah sebagian besar rawat inap. Penelitian lain menunjukkan bahwa vaksinasi mencegah sebagian besar rawat inap. Dalam kedua kasus, rawat inap terobosan juga jarang terjadi.

“Karena tidak mungkin untuk mengetahui sebelumnya seberapa parah infeksi pertama, atau siapa di antara populasi rentan yang dapat menyebarkan virus, menunggu kekebalan alami adalah ‘perjudian’ dan bukan alternatif yang aman,” tandas Dr. Tande. (BS)