Berandasehat.id – Ivermectin, obat anti-parasit yang pernah sangat populer sebagai pengobatan alternatif untuk COVID-19 ternyata tidak menunjukkan tanda-tanda ‘memadamkan’ penyakit atau mengurangi risiko rawat inap pasien, menurut hasil dari uji klinis besar yang diterbitkan dalam The New England Journal of Medicine.
Temuan itu cukup untuk mengesampingkan obat ivermectin sebagai pengobatan untuk COVID-19, simpul peneliti. “Benar-benar tidak ada tanda-tanda manfaat apa pun,” David Boulware, MD, salah satu penulis bersama dan spesialis penyakit menular di University of Minnesota, mengatakan kepada The New York Times.

Para peneliti membagikan ringkasan hasil pada Agustus 2021 selama presentasi online yang diselenggarakan oleh National Institutes of Health. Data lengkapnya belum dipublikasikan sampai sekarang.
“Kini orang-orang dapat menyelami detail dan data, mudah-mudahan itu akan menjauhkan sebagian besar dokter dari ivermectin ke terapi lain,” kata Boulware.
Dalam uji coba, tim peneliti membandingkan lebih dari 1.350 orang yang terinfeksi virus corona di Brasil yang menerima ivermectin atau plasebo sebagai pengobatan. Antara Maret hingga Agustus 2021, sebanyak 679 pasien menerima dosis harian ivermectin selama 3 hari. Para peneliti menemukan bahwa ivermectin tidak mengurangi risiko orang dengan COVID-19 bakal dirawat di rumah sakit atau pergi ke ruang gawat darurat dalam 28 hari setelah perawatan.
Selain itu, para peneliti mengamati kelompok tertentu untuk memahami apakah beberapa pasien mendapat manfaat karena alasan tertentu, seperti mengonsumsi ivermectin lebih cepat setelah dites positif COVID-19. Tetapi mereka yang menggunakan obat itu selama 3 hari pertama setelah tes virus corona positif berakhir dengan hasil yang lebih buruk daripada mereka yang menggunakan kelompok plasebo. Obat itu juga tidak membantu pasien pulih lebih cepat.
Para peneliti menemukan ‘tidak ada efek penting’ pengobatan dengan ivermectin pada jumlah hari yang dihabiskan pasien di rumah sakit, jumlah hari pasien dirawat di rumah sakit yang membutuhkan ventilasi mekanis, atau risiko kematian.
Ivermectin telah menjadi titik fokus kontroversial selama pandemi. Selama beberapa dekade, obat ini telah banyak digunakan untuk mengobati infeksi parasit. Pada awal pandemi, para peneliti memeriksa ribuan obat yang ada di pasar terhadap virus corona untuk menentukan apakah pengobatan potensial sudah ada. Percobaan laboratorium pada sel menunjukkan bahwa ivermectin mungkin bekerja, Times melaporkan.
Tetapi beberapa peneliti mencatat bahwa percobaan berhasil karena penggunaan ivermectin konsentrasi tinggi, dosis yang jauh lebih tinggi yang belum tentu aman untuk manusia.
Meskipun ada kekhawatiran, beberapa dokter mulai meresepkan ivermectin kepada pasien. Setelah menerima laporan orang-orang yang membutuhkan perhatian medis, terutama setelah menggunakan formulasi ivermectin yang ditujukan untuk ternak, FDA mengeluarkan peringatan bahwa obat tersebut tidak disetujui untuk digunakan sebagai pengobatan COVID-19.
Para peneliti di seluruh dunia telah melakukan uji klinis kecil untuk memahami apakah ivermectin dapat mengobati COVID-19, lapor surat kabar itu. Pada akhir tahun 2020, Andrew Hill, MD, seorang ahli virologi di University of Liverpool di Inggris, meninjau hasil dari 23 uji coba dan menyimpulkan bahwa obat tersebut dapat menurunkan risiko kematian akibat COVID-19. Dia menerbitkan hasilnya pada Juli 2021, tetapi laporan kemudian menemukan bahwa banyak dari penelitian itu cacat, dan setidaknya satu adalah penipuan.
Hill menarik kembali studi aslinya dan memulai analisis lain, yang diterbitkan pada Januari 2022. Dalam ulasan ini, dia dan rekan-rekannya berfokus pada studi yang paling tidak mungkin bias. Mereka menemukan bahwa ivermectin tidak membantu.
Baru-baru ini, Hill dan rekan-rekannya menjalankan analisis lain menggunakan data baru dari uji coba di Brasil, dan sekali lagi mereka tidak melihat manfaatnya.
Menurut laporan Times, beberapa uji klinis masih menguji ivermectin sebagai pengobatan, dengan hasil yang diharapkan dalam beberapa bulan mendatang.
Setelah meninjau data dari uji coba Brasil, yang menguji ivermectin dan berbagai obat lain terhadap COVID-19, beberapa ahli penyakit menular mengatakan mereka kemungkinan akan melihat lebih banyak hal yang sama — bahwa ivermectin tidak membantu pasien dengan COVID-19.
“Saya menyambut hasil uji klinis lainnya dan akan melihatnya dengan pikiran terbuka,” ujar Paul Sax, MD, ahli penyakit menular di Brigham and Women’s Hospital yang telah mengamati data obat selama pandemi, mengatakan kepada Times.
“Tetapi pada titik tertentu, akan menjadi pemborosan sumber daya untuk terus mempelajari pendekatan yang tidak menjanjikan,” pungkas Sax. (BS)