Berandasehat.id – Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) mengatakan telah menghapus perbedaan antara negara-negara endemik dan non-endemik dalam datanya terkait cacar monyet untuk lebih menyatukan tanggapan terhadap virus.

Sampai beberapa bulan terakhir, cacar monyet umumnya hanya terjadi di Afrika Barat dan Tengah, tetapi sekarang telah menyebar di beberapa benua.

“Kami menghapus perbedaan antara negara endemik dan non-endemik, melaporkan negara-negara secara bersama jika memungkinkan, untuk mencerminkan tanggapan terpadu yang diperlukan,” kata WHO dalam pembaruan situasi wabah tertanggal 17 Juni tetapi dikirim ke media pada Sabtu (18/6/2022).

Ilustrasi cacar monyet (dok. istimewa)

Antara 1 Januari hingga 15 Juni, sebanyak 2.103 kasus cacar monyet  yang dikonfirmasi, kemungkinan kasus dan satu kematian telah dilaporkan ke WHO di 42 negara, menurut update terkini WHO.

Badan kesehatan PBB yang berbasis di Jenewa akan mengadakan pertemuan darurat pada 23 Juni mendatang untuk menentukan apakah akan mengklasifikasikan wabah cacar monyet global sebagai darurat kesehatan masyarakat yang menjadi perhatian internasional. Penunjukan itu adalah alarm tertinggi yang bisa dibunyikan oleh badan PBB itu.

Mayoritas, yakni mencakup 84 persen, kasus yang dikonfirmasi berasal dari kawasan Eropa, diikuti oleh Amerika, Afrika, kawasan Mediterania Timur, dan kawasan Pasifik Barat.

Namun demikian WHO percaya jumlah kasus sebenarnya kemungkinan lebih tinggi.

Gejala awal cacar monyet yang normal termasuk demam tinggi, pembengkakan kelenjar getah bening dan ruam seperti cacar air.

Namun, Pusat Pengendalian dan Pencegahan Penyakit AS (CDC) mengatakan bahwa kasus saat ini tidak selalu menunjukkan gejala seperti flu, dan ruam terkadang terbatas pada area tertentu, demikian laporan AFP. (BS)