Berandasehat.id – Stroke merupakan penyebab kecacatan dan kematian dini terbanyak kedua, yaitu setara dengan 11% dari total jumlah kematian setiap tahun secara global. Stroke disebabkan oleh perubahan aliran darah ke otak, baik karena penyumbatan yang disebabkan oleh bekuan darah—infark serebral – atau karena pendarahan otak.

Sebuah studi baru dari Universitas Uppsala menunjukkan bahwa kontrasepsi oral (pil KB) dan terapi hormon saat menopause meningkatkan risiko stroke. Peningkatan risiko terbesar selama tahun pertama pengobatan dan kemudian menurun. 

Penelitian yang diterbitkan di jurnal Stroke didasarkan pada data lebih dari seperempat juta wanita dari database Biobank Inggris.

Ilustrasi pil KB (dok. istimewa)

“Wanita yang mulai menggunakan kontrasepsi oral memiliki risiko dua kali lipat mengalami stroke, tetapi hanya selama tahun pertama penggunaan. Jika mereka terus menggunakan kontrasepsi oral, risikonya menurun dan setelah lebih dari satu tahun penggunaan, kami tidak lagi melihat peningkatan risiko,” terang Therese Johansson dari Departemen Imunologi, Genetika, dan Patologi di Universitas Uppsala, dan salah satu peneliti utama studi tersebut.

Hormon eksogen yang mengandung estrogen dapat diambil sebagai kontrasepsi oral untuk melindungi terhadap kehamilan yang tidak diinginkan, atau sebagai terapi hormon selama menopause untuk mengompensasi hilangnya estrogen yang terjadi pada saat itu. Terapi hormon membantu mengurangi banyak gejala menopause, termasuk hot flashes, kekeringan vagina, dan perubahan suasana hati.

Estrogen telah terbukti memiliki efek perlindungan pada kesehatan pembuluh darah, tetapi juga dikaitkan dengan peningkatan risiko pembekuan darah.

Dalam studi yang relevan, yang didasarkan pada data dari database biomedis Inggris UK Biobank, para peneliti membandingkan kejadian stroke serta sub-tipe spesifik, infark serebral dan pendarahan otak, antara wanita yang menggunakan hormon eksogen dan mereka yang tidak melakukannya.

“Pada usia di mana wanita biasanya mulai menggunakan kontrasepsi oral, sangat sedikit yang mengalami stroke. Perbedaan risiko seumur hidup antara mereka yang telah menggunakan kontrasepsi oral dan mereka yang tidak hanya kecil, bahkan jika ada peningkatan risiko jangka pendek,” terang Therese Johansson.

Terapi hormon sebelumnya telah dikaitkan dengan peningkatan risiko stroke ketika diambil beberapa tahun setelah menopause. Juga telah diketahui bahwa hal itu melindungi terhadap stroke jika dimulai sebelum atau setelah menopause.

“Kami melihat peningkatan risiko kedua versi stroke, infark serebral dan pendarahan otak, pada tahun pertama terapi hormon, dan risiko infark serebral tetap tinggi setelah tahun pertama,” imbuh peneliti. 

Tidak seperti penelitian sebelumnya, peneliti melihat peningkatan risiko stroke. pada wanita yang sudah memulai terapi hormon sebelum menopause, tetapi juga terlihat bahwa wanita yang tidak menjalani terapi hormon juga memiliki peningkatan risiko stroke saat menopause dimulai, sedangkan mereka yang diobati tidak memiliki peningkatan risiko stroke saat mereka mulai menopause.

“Penting untuk ditekankan bahwa sebagian besar wanita dapat menoleransi hormon eksogen dengan baik dan dapat mengambil manfaat dari efek positifnya. Kontrasepsi oral memungkinkan wanita untuk mencegah kehamilan yang tidak direncanakan dan juga dapat mencegah banyak penyakit yang mempengaruhi wanita, termasuk kanker ovarium dan kanker endometrium,” tutur Therese Johansson.

Selain itu, terapi hormon dapat meningkatkan kualitas hidup secara signifikan dengan mengurangi gejala menopause dan juga dapat mencegah osteoporosis. “Namun, beberapa wanita memiliki peningkatan risiko stroke dengan penggunaan hormon eksogen dan temuan kami memungkinkan wanita dan dokter untuk membuat keputusan yang lebih beralasan tentang mana wanita harus menggunakan hormon,” pungkas Therese Johansson. (BS)