Berandasehat.id – Pejabat kesehatan di Korea Selatan menggencarkan suntikan booster ke orang dewasa berusia 50 tahun ke atas saat kasus COVID-19 merayap naik lagi di seluruh negeri. Sebanyak 40.226 kasus baru yang dilaporkan Rabu (13/7/2022) menandai lompatan harian tertinggi di negara itu dalam lebih dari dua bulan, meskipun rawat inap dan kematian tetap stabil.

Baek Gyeongran, pakar penyakit menular terkemuka Korea Selatan, mengaitkan peningkatan jumlah kasus dengan kekebalan yang terus menurun setelah vaksinasi dan infeksi sebelumnya, serta  penghapusan besar-besaran langkah-langkah menjaga jarak sejak April silam ketika negara itu keluar dari lonjakan Omicron. 

“Ahli kesehatan juga menyaksikan penyebaran cepat BA.5, yang dipandang sebagai varian Omicron yang paling menular,” ujar Baek dikutip AP.

Ilustrasi virus corona (dok. istimewa)

Korea Selatan sebelumnya telah memberikan suntikan booster kedua kepada orang-orang yang berusia 60 tahun ke atas  dan mereka yang memiliki sistem kekebalan tubuh yang lemah. Para pejabat sekarang memperluas kelayakan suntikan itu kepada orang-orang berusia 50-an dan semua orang dewasa dengan kondisi medis yang sudah ada sebelumnya/komorbid. 

Karantina selama seminggu akan dipertahankan untuk orang-orang yang dites positif.

Para pejabat mengatakan Korsel mungkin akan memiliki jumlah kasus harian 200.000 pada pertengahan Agustus atau September mendatang jika infeksi terus tumbuh. Namun, mereka tidak memiliki rencana segera untuk meningkatkan pembatasan jarak sosial, yang telah secara efektif dilucuti menjadi hanya mandat masker dalam ruangan selama beberapa bulan terakhir.

Baek, komisaris Badan Pengendalian dan Pencegahan Penyakit Korea, mengatakan pemerintah akan fokus pada perluasan suntikan booster dan mengamankan pasokan pil antivirus yang lebih besar untuk menekan rawat inap dan kematian. Dia mengatakan, mengembalikan perintah menjaga jarak yang ketat akan dianggap sebagai upaya terakhir, mengingat ekonomi yang cenderung melemah, tetapi meminta orang untuk membatalkan pertemuan dan perjalanan yang tidak perlu.

“Kebutuhan untuk mengurangi kerusakan sosial dan ekonomi dengan kebijakan menjaga jarak lebih besar dari sebelumnya, dan kami juga mempertimbangkan situasi ekonomi, termasuk inflasi dan suku bunga yang tinggi,” kata Baek. “Kami juga tahu bahwa orang-orang berada dalam kondisi kelelahan yang terakumulasi setelah periode menjaga jarak yang ketat dan lama sebelumnya.”

Pejabat juga meningkatkan kontrol perbatasan, yang mengharuskan semua pelancong yang masuk untuk menjalani tes laboratorium PCR pada hari kedatangan dan karantina di rumah sampai hasilnya keluar.

Sementara pelancong yang masuk saat ini diharuskan menyerahkan hasil negatif dari tes antigen cepat atau tes PCR dalam waktu 48 jam setelah keberangkatan, pemerintah dapat mengubah aturan untuk hanya menerima tes PCR, yang dianggap lebih akurat, jika situasi virus memburuk, demikian disampaikan pejabat KDCA Lim Sook-young. (BS)

Advertisement