Berandasehat.id – Sebuah studi skala besar, untuk pertama kali mengevaluasi kekentalan darah dalam prediksi kematian pada pasien COVID-19. Penelitian mengungkap, perhitungan sederhana kekentalan darah lebih kuat dalam mengidentifikasi pasien rawat inap yang berisiko meninggal akibat komplikasi COVID-19 jika dibandingkan dengan ukuran umum peradangan dan biomarker D-dimer pembekuan darah.
Pasien yang dirawat di rumah sakit akibat COVID-19 dengan perkiraan kekentalan darah yang tinggi memiliki risiko kematian akibat komplikasi yang lebih besar. Viskositas darah yang tinggi mengganggu aliran ke pembuluh darah kecil dan meningkatkan risiko pembekuan darah. Pengukuran kekentalan darah ini dapat digunakan sebagai alat prediksi kematian.
Dokter biasanya mengukur hematokrit dan globulin (perbedaan antara total protein dan albumin) pada semua pasien untuk diagnosis dan pemantauan pengobatan pasien rawat inap; namun, mereka tidak mengukur viskositas darah secara langsung. Perkiraan viskositas darah yang divalidasi dapat diturunkan dari hematokrit dan globulin.

Pada penelitian ini, perkiraan kekentalan darah lebih terkait erat dengan kematian pada pasien COVID-19 daripada ukuran stratifikasi risiko lain yang umum digunakan. Ini adalah perhitungan mudah yang dapat ditambahkan ke catatan medis elektronik atau formulir laboratorium, serta dapat meningkatkan peluang untuk bertahan hidup pada pasien COVID-19 yang dirawat di rumah sakit.
Para peneliti melihat catatan 5.621 pasien COVID-19 dari enam rumah sakit di Sistem Kesehatan Mount Sinai antara 27 Februari 2020 hingga 27 November 2021. Semuanya memiliki diagnosis COVID 19 yang diverifikasi secara klinis dan laboratorium, serta diidentifikasi dalam waktu 48 jam setelah dirawat di rumah sakit. Mereka diikuti sampai keluar dari rumah sakit atau kematian.
Studi ini menemukan bahwa pasien rawat inap dengan viskositas darah tinggi memiliki tingkat kematian 60 persen lebih besar dengan viskositas darah yang diukur dalam kondisi aliran tinggi seperti arteri, dan 32 persen kematian lebih tinggi dengan viskositas darah yang diukur pada aliran rendah seperti mikrosirkulasi (sirkulasi darah di pembuluh darah terkecil), dibandingkan pasien dengan viskositas darah rendah.
Viskositas darah meningkat oleh reaktan fase akut (fibrinogen, makroglobulin) yang telah dikaitkan dengan infeksi COVID-19 akut. Viskositas darah merupakan ukuran terintegrasi dari reaktan fase akut dan komponen seluler yang dapat meningkat selama infeksi.
Ketika kekentalan darah tinggi, dokter dapat mempertimbangkan heparin terapeutik untuk pasien, hidrasi, atau intensifikasi glukokortikoid guna mengurangi keparahan respons fase akut terhadap COVID-19.
“Studi ini menunjukkan pentingnya memeriksa kekentalan darah pada pasien COVID-19 sejak awal masuk rumah sakit, yang mudah diperoleh melalui pemeriksaan laboratorium rutin. Hasil dapat membantu menentukan pengobatan terbaik untuk pasien berisiko dan membantu meningkatkan hasil,” kata Robert Rosenson, MD, Profesor Kedokteran (Kardiologi) di Sekolah Kedokteran Icahn di Mount Sinai dan Direktur Gangguan Kardiometabolik untuk Sistem Kesehatan Mount Sinai.
“Kami sedang menyelidiki efek heparin terapeutik untuk mengurangi risiko komplikasi selama infeksi COVID-19 akut, yang mungkin sangat bermanfaat bagi mereka yang memiliki kekentalan darah tinggi,” tandas Profesor Robert Rosenson.
Studi telah diterbitkan dalam Journal of American College of Cardiology. (BS)