Berandasehat.id – Daun kelor tercatat sebagai ‘superfood’ yang memiliki sejumlah manfaat kesehatan, bukan hanya memperbaiki gizi buruk, menurunkan tekanan darah tinggi, namun sekaligus meningkatkan produksi ASI. Sayangnya, aset berharga ini masih kerap dipandang sebelah mata.
Disampaikan pendiri Rumah Kelor, Felix Bram Samora, berdasarkan riset daun kelor yang mudah ditemui di Indonesia ini terbukti mampu memperbaiki gizi buruk yang berpotensi memicu stunting pada anak. Seperti halnya daun katuk, daun kelor juga dapat meningkatkan produksi ASI pada ibu menyusui.
Mengutip studi yang dilakukan pada 2014, “Ibu menyusui yang diberikan kapsul kelor mengatakan produksi ASI mencapai dua kali lipat hanya dalam 7 hari saja,” ujar Felix mengutip studi yang dilakukan ada 2014. Hal itu disampaikan Felix saat menjadi pembicara inspiratif di acara Simposium Pangan Nasional bertajuk “Transformasi Sistem Pangan Tangguh Berbasis Penelitian Pangan Fungsional dan Kearifan Lokal” yang digelar Indofood Sukses Makmur secara daring, baru-baru ini.
Felix menambahkan, daun kelor yang memiliki julukan ‘emas hijau’ itu juga terbukti mampu menurunkan tekanan darah tinggi/hipertensi. Studi yang dilakukan pada 2018 menunjukkan, sebanyak 20 penderita hipertensi yang diberikan asupan kelor tekanan darahnya menurun. “Peserta yang diberikan perasan daun kelor dalam 30 hari tekanan darahnya menurun. Sebelumnya tekanan darah 140/97. Setelah 30 hari, makan pagi dan sore, menjadi 111/79. Tekanan darah jadi normal,” terangnya.
Dia menambahkan, kelor menjadi pangan lokal yang dapat dikembangkan menjadi berbagai macam bentuk yang memiliki manfaat kesehatan, misalnya dalam bentuk tepung.

Saat dunia menghadapi krisis pangan, penting bagi semua pihak untuk melakukan transformasi sistem pangan, khususnya saat masyarakat global dihadapkan pada pandemi Covid-19, perubahan iklim serta konflik geopolitik yang berdampak bagi sistem pangan di seluruh dunia dan telah menyebabkan disrupsi pada setiap sektor kehidupan.
Kesempatan sama, Ketua Tim Pakar Indofood Riset Nugraha (IRN) Prof. Dr. Ir. Purwiyatno Hariyadi, MSc mengatakan, situasi itu menuntut masyarakat global melakukan transformasi sistem pangan yang lebih tangguh, mampu menahan guncangan yang ditimbulkan oleh ketiga hal itu. “Transformasi sistem pangan yang tangguh akan memastikan semua orang memiliki akses terhadap pangan aman dan bergizi, melakukan pergeseran ke pola konsumsi yang sehat dan berkelanjutan,” tuturnya.
Prof Purwiyatno menambahkan, transformasi itu juga diigadang bakal mampu meningkatkan produksi yang bersifat positif terhadap alam, memajukan penghidupan yang lebih berkeadilan serta membangun sistem yang lebih tangguh dan mempunyai ketahanan terhadap kerentanan, guncangan dan tekanan yang mungkin terjadi.
Hal senada juga diamini Ketua Program IRN dan Direktur PT Indofood CBP Sukses Makmur Tbk Suaimi Suriady. Melalui Simposium Pangan Nasional sebagai rangkaian program IRN yang diselenggarakan setiap dua tahun sekali, pihaknya berharap acara ini bisa menjadi forum diskusi dan berbagi ide untuk mengatasi permasalahan pangan di Indonesia khususnya dan pengembangan sistem pangan yang lebih andal untuk masa depan. “Kami juga berharap acara ini dapat menginspirasi dan memotivasi generasi muda memajukan pangan Indonesia,” tandasnya. (BS)