Berandasehat.id – Gejala terkait menstruasi yang merugikan sering terjadi selama siklus haid, yang terjadi sekitar sebulan sekali pada wanita sehat. Dismenore primer (PD) dan sindrom pramenstruasi (PMS) sangat lazim dan menimbulkan masalah, di antaranya menyebabkan kram, nyeri tubuh, dan banyak gejala fisik dan emosional yang mengganggu.
Untuk diketahui, dismenore primer merupakan nyeri menstruasi yang dijumpai tanpa kelainan yang nyata pada alat-alat genital.
Tinjauan sistematis dan meta-analisis yang dilakukan di Jepang baru-baru ini telah menemukan kesamaan dalam faktor risiko prevalensi dan tingkat keparahan dismenore primer dan PMS, dan menunjukkan bahwa beberapa gejala dapat dikelola sendiri dengan sukses.
Studi sebelumnya menyelidiki gejala dismenore primer dan PMS telah menemukan berbagai faktor risiko tanpa kesimpulan yang jelas. Banyak penelitian telah membatasi cakupannya pada dismenore primer selama menstruasi dan PMS sebelum menstruasi.
Perkembangan terkini, kelompok penelitian Profesor Nakata, menemukan gejala yang lazim dan serupa baik sebelum dan selama menstruasi. Ulasan mereka mencakup gejala pada kedua tahap. Para peneliti, yang dipimpin oleh Profesor Yoshio Nakata, memeriksa studi bahasa Inggris dan Jepang tentang gejala terkait menstruasi, dengan fokus pada dismenore primer dan PMS.
Tim Profesor Nakata pertama kali melakukan pencarian literatur biomedis Inggris dan Jepang. Mereka mencari studi observasional pada wanita sehat, dengan menargetkan dismenore primer dan PMS. Tinjauan lebih lanjut menyempurnakan daftar dari 1.479 menjadi 77 studi yang memenuhi kriteria yang tepat. Dari sini, mereka mengekstraksi data karakteristik fisik, karakteristik menstruasi, dan faktor gaya hidup.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa karakteristik fisik seperti umur dan indeks massa tubuh (BMI), karakteristik menstruasi, seperti periode yang lebih lama dan siklus yang tidak teratur; dan faktor gaya hidup, termasuk durasi tidur dan merokok, semuanya mempengaruhi prevalensi dan tingkat keparahan gejala terkait menstruasi.
Beberapa faktor risiko yang teridentifikasi berada di luar kendali individu, seperti usia dan riwayat keluarga. Namun demikian karakteristik lain menawarkan harapan untuk mengurangi gejala.
“Di antara temuan kami, BMI, stres, durasi tidur, dan waktu tidur dikaitkan dengan prevalensi dismenore primer sedangkan merokok dikaitkan dengan prevalensi PMS,” kata Profesor Nakata. “Kabar baiknya adalah wanita dapat melakukan banyak hal untuk mengelola faktor risiko ini untuk diri mereka sendiri.”
Penelitian ini diterbitkan dalam International Journal of Environmental Research and Public Health.
Sepengetahuan para peneliti, ini adalah studi pertama yang secara komprehensif memeriksa seberapa besar semua faktor ini mempengaruhi prevalensi dan keparahan dismenore primer dan PMS. Intervensi dan manajemen mengatasi faktor yang paling signifikan dapat memperbaiki gejala dan dengan demikian meningkatkan kualitas hidup banyak wanita, demikian dikutip dari laman MedicalXpress. (BS)