Berandasehat.id – Memiliki anak masih menjadi dambaan bagi orang tua di Indonesia. Sayangnya, ada sejumlah pasangan usia produktif yang sulit mendapatkan keturunan secara alami karena berbagai sebab.
Disampaikan Prof. Dr. dr. Budi Wiweko, SpOG, SubspFER, MPH selaku pendiri Smart IVF, kejadian infertilitas (ketidaksuburan) di Indonesia angkanya berkisar sekitar 10-15%. Dengan kata lain, 4-6 juta pasangan dari 39,8 juta pasangan usia subur membutuhkan pengobatan infertilitas untuk bisa mendapatkan keturunan (anak).
“Faktor yang mempengaruhi kesuburan dapat berasal dari faktor istri seperti ada gangguan haid, miom, kista, sumbatan saluran telur maupun faktor suami seperti kelainan sperma dan gangguan pengeluaran sperma. Sekitar 35 persen infertilitas dari pria,” ujar Prof Budi Wiweko di acara temu media menandai kolaborasi RS Primaya Evasari Hospital dan Smart IVF di Jakarta, Senin (30/1/2023).
Guna mengatasi masalah sulit mendapatkan anak dengan cara alami, bayi tabung atau In Vitro Fertilization (IVF) menjadi metode reproduksi buatan yang paling efektif. Metode ini semakin populer di Indonesia, terbukti dari tingginya jumlah tindakan bayi tabung yang dijalankan.
Prof Budi Wiweko yang biasa disapa Prof Iko menambahkan, program bayi tabung menjadi salah satu pilihan bagi pasangan suami istri yang mengalami gangguan kesuburan dan ingin mempunyai keturunan. “Keberhasilan bayi tabung ini juga dipengaruhi faktor usia. Semakin muda usia wanita, katakanlah di bawah 35 tahun, peluang kebersilan IVF mencapai 50%. Sedangkan di bawah usia 42 tahun peluangnya untuk berhasil hanya 10-15% saja,” terangnya.

Peminat bayi tabung di Indonesia terus mengalami peningkatan setiap tahunnya. Setidaknya sepanjang 2022, data menunjukkan sebanyak 8.100 pasangan mengikuti program bayi tabung yang tercermin di dalam 14.000 siklus bayi tabung.
Melihat masih banyaknya permasalahan infertilitas di Indonesia yang masih tinggi, Primaya Hospital Group memutuskan untuk bersinergi dengan Smart IVF meluncurkan ’Smart Fertility Clinic’ sebagai klinik IVF yang ‘SMART’ untuk pasangan suami istri (pasutri) dalam memperoleh keturunan.
“Smart Fertility Clinic, memberikan inovasi dan menawarkan kepada pasien sebagai klinik IVF yang ‘Smart’ bagi pasangan yang memerlukan layanan fertilitas secara holistik. Dengan beberapa metode fertilitas tidak hanya bayi tabung (IVF) tetapi beragam paket yang sesuai dengan pasangan dan dengan biaya yang terjangkau untuk keluarga muda,” ujar CEO Primaya Hospital Group, Leona A. Karnali.
Leona menambahkan, sinergi dan kolaborasi antara Primaya Hospital Group dengan Smart IVF dalam menghadirkan Smart Fertility Clinic, akan memberikan layanan yang lengkap dan modern didukung oleh dokter dan tim yang berpengalaman di bidangnya, layanan, fasilitas, serta teknologi yang komprehensif.
Yang membedakan Smart Fertility Clinic dengan klinik kesuburan lainnya adalah, dalam program hamil setiap pasangan suami istri memiliki kebutuhan perawatan berbeda. Dalam artian, setiap pasangan dapat memegang kendali dan mengambil keputusan program kehamilan yang paling sesuai untuk mereka.
Prof Iko menambahkan, setiap pasien harus teredukasi dalam upaya mendapatkan buah hati melalui bayi tabung secara komprehensif. Dalam hal ini, pasien dapat memutuskan program yang paling sesuai dengan kondisi tubuhnya. “ Smart Fertility Clinic diharapkan dapat memberikan solusi bagi pasangan yang menginginkan buah hati dengan berbasis teknologi canggih dan modern, namun dengan harga terjangkau,” pungkas Prof Iko.
Tidak Disarankan Memilih Jenis Kelamin Bayi
Terkait dengan pemilihan jenis kelamin bayi tabung, Prof Iko menandaskan hal itu kurang etis. “Seperti playing God. Selain itu, akan terjadi ketidakseimbangan jenis kelamin kalau misalnya banyak orang tua yang katakan banyak memilih bayi laki-laki,” ujarnya.
Menurutnya, apa pun jenis kelamin anak yang diperoleh dari bayi tabung harus disyukuri. “Bisa memiliki anak lewat bayi tabung perlu disyukuri, apa pun jenis kelaminnya. Karena tidak ada yang bisa menggaransi keberhasilan bayi tabung 100 persen,” tutur Prof Iko.
Sedangkan bagi pasien kanker, misalnya kanker payudara, yang ingin menjalani program bayi tabung, hal itu dimungkinkan. “Telurnya bisa diambil dulu sebelum pasien kanker itu menjalani kemoterapi. Disimpan dan dibekukan dalam bentuk embrio (pertemuan antara sperma dan sel telur secara in vitro) dan embrio bisa ditransfer saat ibu sudah selesai menjalani pengobatan kanker,” pungkas Prof Iko. (BS)