Berandasehat.id – Kanker serviks merupakan salah satu penyakit yang paling berisiko bagi wanita. Di Indonesia, kanker serviks menduduki urutan kedua kanker paling berisiko bagi wanita dengan kasus kanker terbanyak setelah kanker payudara yaitu sekitar 36.333 kasus baru atau 9,2% dari total kasus kanker di Indonesia pada 2020.
Padahal, tingginya angka kejadian kanker serviks ini bukan hanya berdampak pada kualitas kesehatan masyarakat, tapi juga menjadi beban penyakit yang besar bagi negara.
Menurut Guru Besar Konsultan Onkologi Ginekologi & Ketua Umum Perkumpulan Obstetri dan Ginekologi Indonesia (POGI) Prof. Dr. dr. Yudi M Hidayat, Sp.OG., Subsp. Onk., D.MAS., M.Kes, pemahaman terhadap virus HPV dan dampak kesehatan yang ditimbulkan masih menjadi tantangan saat ini. “Tantangan yang kita hadapi saat ini adalah rendahnya kewaspadaan masyarakat terhadap bahaya infeksi HPV,” ujarnya dalam acara Berani #NgobrolinHPV, Cegah Kanker Serviks Sejak Dini yang digelar PT. Merck Sharp & Dohme (MSD) Indonesia di Jakarta, baru-baru ini. “Padahal, HPV merupakan virus yang sangat berbahaya, dimana hampir seluruh kasus kanker serviks disebabkan oleh infeksi virus itu.”
Prof Yudi menambahkan, kondisi itu tak lepas dari masih banyaknya informasi yang kurang tepat terkait kanker serviks serta masih rendahnya cakupan skrining HPV DNA di Indonesia. Selain edukasi, upaya pencegahan berupa deteksi dini dan vaksinasi menjadi langkah yang perlu ditindaklanjuti.
Terkait vaksin HPV untuk mencegah kanker serviks, Prof Yudi mengatakan saat ini vaksin HPV yang tersedia di Indonesia sudah banyak, ada 3 jenis vaksin HPV (bivalent, quadrivalent dan nonavalent) yang tersedia di rumah sakit dan klinik. “Hal itu memudahkan untuk diakses oleh masyarakat luas,” ujarnya.
Kesempatan sama Direktur Pengelolaan Imunisasi, Direktorat Jenderal Pencegahan dan Pengendalian Penyakit, Kementerian Kesehatan dr. Prima Yosephine, M.K.M, menyampaikan upaya pencegahan kanker serviks melalui edukasi, perilaku hidup bersih dan sehat, serta imunisasi HPV menjadi hal penting.
Mengutip data Globocan 2020 insidens kanker serviks 24.4 per 100.000 penduduk dengan angka kematian 14.4 per 100.000 penduduk. “Guna menekan laju kejadian kasus kanker serviks, pemerintah Indonesia telah memasukkan imunisasi HPV ke dalam program imunisasi nasional,” ujar Prima.

Imunisasi HPV itu sebagai 1 dari 14 antigen imunisasi rutin lengkap, yang terintegrasi dalam pelaksanaan Bulan Imunisasi Anak Sekolah (BIAS). “Imunisasi HPV ini diberikan bagi anak perempuan kelas 5 dan 6 SD/sederajat,” tutur Prima.
Dia menekankan, untuk mendorong keberhasilan program ini, diperlukan kolaborasi berbagai pihak dalam meningkatkan edukasi tentang pentingnya imunisasi HPV sebagai langkah pencegahan primer kanker serviks.
Tingkatkan Kesadaran dan Wawasan tentang Kanker Serviks
Di momen bulan kesadaran kanker serviks sedunia 2023, MSD Indonesia meluncurkan kampanye kesehatan #NgobrolinHPV sebagai upaya meningkatkan kesadaran dan wawasan masyarakat terkait ancaman virus HPV sebagai penyebab utama penyebaran kanker serviks.
Selain itu, untuk memudahkan masyarakat mengakses informasi dan edukasi seputar kanker serviks dan vaksinasi HPV kepada masyarakat, MSD Indonesia juga meluncurkan portal informasi dan diskusi pertama di Indonesia yang fokus membahas terkait isu kanker serviks dan vaksinasi HPV.
“Melalui kampanye #NgobrolinHPV, kami mengajak masyarakat khususnya para perempuan untuk tidak ragu dan tidak lagi takut dalam mencari informasi dan berdiskusi seputar HPV dan kanker serviks,” ujar Country Medical Lead MSD Indonesia dr. Mellisa Handoko Wiyono.

Mellisa menambahkan, portal interaktif itu diharapkan dapat menjadi sarana terpercaya, sekaligus tempat yang nyaman bagi para perempuan untuk bertukar pikiran dan pengalaman. “Harapannya, semakin banyak perempuan Indonesia yang mau dan mampu mengedukasi diri dan lingkungannya, serta berani mengambil langkah lanjutan guna melindungi dirinya dan orang-orang di sekitar dari risiko infeksi HPV,” ujarnya.
Diakui Maudy Ayunda, diskusi seputar penyakit menular seksual (PMS), salah satunya kanker serviks, masih dianggap sensitif dan tabu oleh sebagian perempuan di Indonesia. “Mereka cenderung enggan membicarakan, bahkan malu untuk bertanya lebih lanjut terkait penyakit ini,” ujar figur publik sekaligus Edukator HPV @ngobrolinHPV.
Maudy berharap, adanya website NgobrolinHPV.com sebagai platform berbasis digital dapat memudahkan masyarakat untuk berdiskusi dan mencari informasi terpercaya terkait kesehatan perempuan, khususnya di tengah derasnya arus misinformasi terkait kanker serviks dan HPV. (BS)