Berandasehat.id – Serangan iskemik transien (TIA) atau kerap disebut mini stroke, merupakan periode sementara dari gejala yang mirip dengan stroke. TIA biasanya hanya berlangsung beberapa menit dan tidak menyebabkan kerusakan permanen. Sering disebut mini stroke, TIA mungkin merupakan peringatan. Sekitar 1 dari 3 orang yang mengalami TIA pada akhirnya akan mengalami stroke, dengan sekitar setengahnya terjadi dalam setahun setelah TIA.
TIA dapat berfungsi sebagai peringatan stroke di masa depan dan kesempatan untuk mencegahnya. Serangan iskemik transien biasanya berlangsung beberapa menit. Sebagian besar tanda dan gejala hilang dalam waktu satu jam, meski jarang gejala dapat bertahan hingga 24 jam, demikian menurut laporan Mayoclinic.org.
Tanda dan gejala TIA mirip dengan yang ditemukan pada awal stroke dan mungkin termasuk serangan tiba-tiba, mencakup kelemahan, mati rasa atau kelumpuhan di wajah, lengan atau kaki, biasanya di satu sisi tubuh. Gejala lain yang muncul adalah bicara cadel atau kacau atau kesulitan memahami orang lain.
Gejala TIA yang mungkin terjadi adalah kebutaan pada satu atau kedua mata atau penglihatan ganda, juga vertigo atau kehilangan keseimbangan atau koordinasi. Beberapa orang mungkin memiliki lebih dari satu TIA, dan tanda serta gejala berulang mungkin serupa atau berbeda tergantung pada area otak mana yang terlibat.

Penyebab TIA
TIA memiliki asal yang sama dengan stroke iskemik, jenis stroke yang paling umum. Pada stroke iskemik, gumpalan menghalangi suplai darah ke bagian otak. Pada TIA, tidak seperti stroke, penyumbatannya singkat, dan tidak ada kerusakan permanen.
Penyebab yang mendasari TIA acapkali adalah penumpukan timbunan lemak yang mengandung kolesterol yang disebut plak (aterosklerosis) di arteri atau salah satu cabangnya yang memasok oksigen dan nutrisi ke otak.
Plak dapat menurunkan aliran darah melalui arteri atau menyebabkan perkembangan gumpalan. Gumpalan darah yang berpindah ke arteri yang memasok otak dari bagian tubuh lain, paling sering dari jantung, juga dapat menyebabkan TIA.
Faktor Risiko yang Tidak Bisa Diubah
Ada sejumlah faktor risiko pada TIA, yaitu yang bisa diubah dan yang tak bisa diubah. Faktor risiko yang tidak dapat diubah di antaranya:
1. Sejarah keluarga. Risiko terkena TIA mungkin lebih besar jika salah satu anggota keluarga mengalami TIA atau stroke.
2. Usia. Risiko akan meningkat seiring bertambahnya usia, terutama setelah usia 55 tahun.
3. Jenis kelamin. Pria memiliki risiko TIA dan stroke yang sedikit lebih tinggi. Tapi seiring bertambahnya usia wanita, risiko stroke meningkat.
4. Serangan TIA sebelumnya. Bila pernah mengalami satu atau lebih TIA, kemungkinan besar akan mengalami stroke.
5. Penyakit sel sabit. Stroke adalah komplikasi yang sering terjadi pada penyakit sel sabit. Nama lain untuk kelainan bawaan ini adalah anemia sel sabit. Sel darah berbentuk sabit membawa lebih sedikit oksigen dan juga cenderung tersangkut di dinding arteri, menghambat aliran darah ke otak. Namun, dengan pengobatan penyakit sel sabit yang tepat, maka dapat menurunkan risiko stroke.
Kapan harus ke dokter? Karena TIA paling sering terjadi berjam-jam atau berhari-hari sebelum stroke, mencari pertolongan medis segera setelah kemungkinan TIA sangat penting. Cari pertolongan medis segera jika diduga mengalami TIA. Evaluasi segera dan identifikasi kondisi yang berpotensi dapat diobati dapat membantu mencegah stroke. (BS)